Halaman

Senin, 31 Januari 2011

BK Belajar

Proses pembelajaran: proses bagaimana membuat orang bisa belajar
Penyebab kesulitan belajar :
1. Diri peserta didik
Psiko fisik
- Fisik
2. Dari luar :
Format – sekolah
Informal – keluarga
Non formal – pendidik masyarakat

Faktor penyebab kesulitan belajar
a. Intern
Fisiologi : sakit, kurang sehat,cacat tubuh : penglihatan, pendengaran
Psikologis : intelegansi,bakat, motivasi,kesehatan mental, tipe khusus alami belajar
b. Ekstern
Orangtua/keluarga : cara mendidik anak, hubungan orang tua dengan anak, bimbingan ortu
Suasana keluarga : gaduh, sesak, diam bisu
Ekonomi keluarga

Kesulitan belajar di sekolah
Guru :
kualifikasi (ilmu pedagogik:kemampuan/keahlian)
hubungan guru dengan siswa
tuntutan guru
metode
kemampuan mendiagnosis

sekolah:
alat/sarana
kurikulum
waktu (disiplin)
media
lingkungan sosial : rumah, masyarakat, teman

peranan guru dalam belajar:
memberi arah dan motivasi
memfasilitasi pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar
membantu perkembangan pribadi (nilai-nilai penyesuaian diri)

bentuk motivasi:
memberi angka
hadiah
kompetisi
ego involesment (menumbuhkan harga diri)
memberi ulangan
memberi hasil
pujian
hukuman (perlu dihindari)
hasrat untuk belajar
minat
tujuan yang akan dicapai

ingatan (memory) > lupa
menerima (resource) – menyimpan kembali : ingat, dan lupa
lupa : ketidakmampuan mengingat atau mengenal sesuatu

dipengaruhi:
sifat seseorang
kesehatan jasmani
ke dalam rohani/jiwa
unsur manusia

ingatan ada 2 yaitu:
mekanis, ingatan yang diperoleh dari penginderaan
logis, dari pengertian-pengertian kita

penyebab lupa: (ngalim purwanto)
tidak digunakan
gejala jiwa
tekanan psikologis

pendapat Muhibbin Syah:
informasi kurang menyenangkan
informasi baru menekan informasi lama
informasi sulit diingat karena ditekan alam bawah sadar

masa remaja dan perkembangan dalam proses belajar
bukan anak-anak lagi : canggung dan tanggung, dewasa belum
perkembangan : fisik berfungsinya organ seksual, psikis intelektual emosional

masa penjelajahan (explorer) rasa ingin tahu dengan ekspresi positif mencari jatidiri, indentitas diri dan secara negatif :
perempuan : 12 – 21 tahun
laki-laki : 13 – 22 tahun

implikasi teori belajar dari psikologi behavioristik:
pola pengembangan tingkahlaku:
1. Shapping (rencana-rencana perubahan tingkahlaku)
2. Modelling
Penetapan tujuan
Analisis tugas
Langkah-langkah kegiatan murid
Reinforcement terhadap respon (penguatan)

Menurut Fraznier ada 5 langkah perbaikan tingkahlaku:
Datang ke kelas tepat waktu
Berpartisipasi dalam belajar dan merespon guru
Menempatkan hasil hasil tes dengan baik
Mengerjakan PR
penyempurnaan

Teori-teori belajar, menurut:
1. Ilmu jiwa daya
2. Teori tanggapan
Belajar adalah tanggapan
3. Ilmu jiwa gestalt (keseluruhan)
Belajar dari keseliuruhan mendapat respon yang tepat tetapi mengerti (insight/usaha) misalnya pengalaman. Belajar itu dicari berusaha.
Prinsip gestalt
Belajar keseluruhan (tidak setengah-tengah)
Belajar proses perkembangan
Anak didik sebagai organisme keseluruhan (tidak pilih kasih)
Belajar adalah transfer (menguasai bidang lain)
Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Belajar harus insight (mengerti)
Belajar harus ada minat, keinginan dan tujuan
Belajar harus terus menerus

4. Teori R. Gagne
1. Belajar adalah proses untuk memperoleh prestasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkahlaku
2. Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari intitusi.

Menurut Gagne, segala sesuatu dipelajari manusia terdiri dari 5 bagian:
Keterampilan motoriks (skil)
Informasi verbal
Kemampuan intelektual
Strategi kognitif (pengetahuan) keterampilan
Internal untuk mengingat
Sikap

5. Ilmu jiwa asosiasi menurut Thorndike (konektionisme) hubungan
Teori sarband singkatan dari:
Stimulus : rangsangan
Respon : tanggapan
Bond : dihubungkan

Teori konektionisme, hukumnya ada 3 yaitu:
Hukum efek (pengaruh dari tindakan hubungan baik dan buruk)
Hukum latihan (pengulangan)
Hukum kesiapan (memuaskan)

Teori conditioning (pembiasaan)

Perkembangan intelek:
1. Pembaharuan
2. Kematangan
Keduanya dipengaruhi heriditas
3. Pembentukan
4. Minat
Dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, teman dan masyarakat

Implementasi teori belajar dari psikologi behavioristik
Prosedur prosedur pengembangan tingkahlaku (reinforcement) metodenya ada 2. Yaitu :
1. Shapping (pembentukan) dengan sercessive approximations (target) beberpa tingkah laku terminal tujuan misalnya penetapan
2. Modelling
Misalnya penghargaan
Bandura (tingkahlaku imitasi)
1. Inhibitory – disinhibitory
Kuat lemahnya tingkah laku oleh akrena pengalaman tak menyenangkan
2. Electing effect
Respon yang pernah terjadi dalam diri sehingga timbul respon serupa
3. Modelling effect
Pengembangan respon respon baru melalui observasi terhadap suatu metode tingkahlaku.

Prosedur pengembangan tingkahlaku:
1. Memperkuat tingkahlaku bersaing
2. Ekstrinsik (meniadakan peristiwa masa lalu)
3. Sanitasi (pengulangan-pengulangan agar tidak terulang atau jera)
4. Perumahan lingkungan stimulus (menyenangkan/enjoy)
5. Hukuman

Implikasi teori belajar psikologis kognitif
Stimulus (rangsangan) – respon (tanggapan) – reinforcement (penguatan)

Tingkah laku kognisi
1. .....
2. Discovery
3. Metode ceramah dengan bahan-bahan disiapkan

Teori gestalt
Belajar dengan pengertian
Ada interaksi perbedaan individual
Human (kemanusiaan)

pengaruh kematangan psi manajemen

Pengaruh proses pematangan terhadap tingkah laku
dipengaruhi oleh hasil perkembangan kehidupan sebelumnya dan dalam perjalanan berintergrasi dengan kegiatan-kegiatan sekarang.
Contohnya :
Jika sejak awal peserta didik perkembangan kehidupan pribadinya secara terpadu dan harmonis maka kelak dapat diharapkan tingkahlaku yang merupakan aplikasi berbagai aspek pribadi itu akan baik. Kehidupan yang mantap memungkinkan seseorang anak akan berperilaku mantap dalam menghadapi dan memecahkan masalah berbagai pevrmasalahan dengan pengendalian emosi secara matang tertib, disiplin dan penuh tanggungjawab.

Kelangsungan usia tingkahlaku dan kepekaan sosial guru dan kepala sekolah:
Dipengaruhi oleh
1. Batasan perilaku
semua kegiatan manusia dalam pengamatan langsung maupun yang tidak diamati oleh pihak luar.
a. Perilaku tertutup (respon atas terhadap tanggapan seseorang terhadap sesuatu dalam bentuk terselubung dan tidak dapat dipahami secara jelas oleh orang lain)
b. Perilaku terbuka (respon terhadap tanggapan dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka sehingga mudah diamati dan dilihat oleh orang lain)
2. Orientasi pada tanggungjawab
Ilmu/materi yang disampaikan tersusun secara sistematika dan harus melalui penelitian serta kepribadian merupakan faktor penting berpengaruh terhadap siswa didalam memimpin, mengarahkan kegiatan belajar siswa.
3. Usaha dan perjuangan
Mengusahakan agar pendidikan berguna bagi kehidupan bagi kebahagiaan manusia sehingga tidak terpisah dari masyarakat dan lingkungannya.
4. Tiap individu manusia itu unik
a. Sifat umum, perilaku penghayatan yang mempengaruhi antara berbagai macam gejala.
b. Sifat khas individu, kepribadian yang berbeda dari setiap perilaku orang dengan orang yang lainnya
5. Perbedaan individu dalam beberapa hal
- sifat biologis
- sifat hewan
- sifat intelektual
6. Gejala/fungsi psikis dan belajar
- Penerimaan (acceptance)
- Rasa aman
- Perbedaan-perbedaan antara para siswa
- Cara-cara yang demokratis
- Sikap bersahabat

7. Gangguan mental seperti stres dan frustasi

Gejala psikis peserta didik yang belajar tanpa ilmu psikologis
Peserta didik tidak dapat mengamati dan mempertimbangkan mengenai variabel-variabel yang langsung mempengaruhi perilaku individu atau apa yang dikerjakan seseorang, termasuk kemampuan dalam kecakapan, kepribadian, persepsi dan pengalaman yang mempengaruhi tingkahlaku manusia.

Kepekaan sosial
Proses mengembangkan interaksi sosial dengan belajar menerima pandangan kelompok (masyarakat) memahami tanggungjawab dan berbagai pengertian dengan orang lain.

Fungsi manajemen
Tanpa fungsi manajemen kegiatan di sekolah kepala sekolah atau pimpinan tidak dapat melakukan proses kegiatan penyusunan sturuktur organisasi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sehinga berdampak pada tidak dapat tercapainya tujuan secara menyeluruh.


Fungsi manajemen : kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer dalam kegiatan manajemennya sehingga kegiatan manajerialnya yang dilakukan oleh seorang manajer tersebut dapat dikatakan sebagai kegiatan proses manajemen.
a. Perencanaan (planing)
Suatu usaha dalam merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Pengorganisasian (organizing)
Kegiatan yang meliputi penetapan struktur, tugas dan kewajiban, fungsi pekerjaan dan hubungan antara fungsi
c. Penyusunan staff/staffing
Perekrutan karyawan, pemanfaatan, pelatihan, pendidikan dan pengembangan sumber daya karyawan tersebut dengan efektip.
d. Pengarahan /directing
Fungsi memberikan perintah atau arahan kegiatan kepemimpinan, bimbingan, motivasi dan pengarahan agar karyawan dapat bekerja.
e. Pengkoordinasian/coordinating
Fungsi mengkoordinasi seluruh pekerjaan dalam satu totalitas organisasi pekerjaan.
f. Pengawasan/controlling
Fungsi memberikan penilaian, korelasi dan evaluasi atas semua kegiatan secara terus menerus melakukan monitoring atas pekerjaan yang sedang dilakukan serta evaluasi yang dijadikan sebagai bahan rekomendasi untuk kegiatan berikutnya.

Karena di sekolah merupakan organisasi formal yang mempunyai tujuan bersama secara sadar dan hubungan kerja yang rasional dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sedangkan organisasi informal adalah mencapai kerjasama dalam menciptakan hubungan sosial yang harmonis dalam mencapai tujuan yang sama tanpa disadari.

Perubahan organisasi dapat memberikan angin segar dalam bagi pertumbuhan organisasi dan menciptakan semangat baru, suasana kerja baru setiap anggota organisasi diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya.
Definisi psikologi
a. Ernest Hilgert, yang mepelajari tingkahlaku manusia dan hewan lainnya
b. George A. Miller, ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa,mental dan tingkahlaku
c. Clifford T. Morgan, ilmu yang mempelajari tingkahlaku manusia dan hewan
d. Robert S. Woodworth dan Marguis DG, suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkahlaku individu dalam hubungan denga alam sekitarnya.

Definisi manajemen
Proses yang dilakukan oleh satu atau lebih individu untuk mengondisikan berbagai aktivitas lain untuk mencapai hasil-hasil yang tidak bisa dicapai apabila satu individu bertindak sendiri.

Objek psikologi
Cara memandang, cara meninjau dalam tingkahlaku manusia.

Unsur-unsur manajemen
a. Perencanaan (planing)
b. Pengorganisasian (organizing)
c. Pengarahan (leading)
d. Pengendalian (controlling)
e. Proses manajemen dalam praktik

Hubungan psikologi dengan manajemen
Suatu seni manusia mencapai sesuatu dengan fungsi manajemen melalui orang lain.

Proses manajemen
- Perencanaan
- Pengendalian
- Pengambilan keputusan

Unsur dasar manajemen
a. Perencanaan merupakan proses kegiatan yang meliputi :
Forecasting : suatu peramalan usaha yang sistematis yang memberi informasi sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
Objective : tujuan nilai yang akan dicapai atau diinginkan oleh seseorang atau badan usaha.
Policies : rencana kegiatan (plan of action) suatu pedoman pokok yang ditetapkan badan usaha.
b. Pengorganisasian, pembagian kerja yang logis dalam penetapan garis tanggung jawab dan wewenang yang jelas pengukuran pelaksanaan presstasi yang dicapai.

Syarat menjadi manajer
a. Mendapat izin / mandat dari perusahaan
b. Menyatakan bersedia aktif bekerja dan berbakti untuk kepentingan dan dalam kepengurusan asosiasi
c. Perusahaan tempatnya bekerja mempunyai hak memilih dalam musyawarah anggota
d. Khusus jabatan dalam Dewan pengurus pusat tidak dapat dirangkap dengan jabatan lain termasuk jabatan di tingkat daerah
e. Berkelakuan baik berakhlak dan bermoral tinggi, tidak pernah melakukan, tersangkut dalam perbuatan tercela dan tidak pernah dihukum oleh instansi yang berwenang
f. Dalam hal terjadi kepindahan/pengunduran diri seorang pengurus dari jabatan di perusahaan yang diwakilinya atau gabungan maka pengganti dari perusahaan yang diwakilinya tetap tunduk pada ketentuan

Tugas manajer
a. Fungsi perencanaan
b. Fungsi pengaturan (organizing)
c. Fungsi pengawasan
d. Fungsi kepemimpinan
e. Fungsi evaluating

Sifat manajer
- Sifat pribadi yang mempengaruhi terhadap sistem informasi
- Tidak mengandalkan diri pada seseorang yang tidak dipahami
- Mudah terperangkap dalam tempo kegiatan
- Berkepentingan dalam penggunaan waktu secara efisien

Organisasi adalah sekelompok orang atau lebih yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Fungsi manajemen: kegiatan yang dilakukan oleh seseorang manajer dalam kegiatan manajemennya sehingga kegiatan manajerialnya yang dilakukan oleh seorang manajer tersebut sebagi proses manajemen.

Kekuatan eksternal : kekuatan yang muncul dari luar organisasi seperti karakteristik demografis (usia, pendidikan, tingkat keterampilan, jenis kelamin, imigrasi dsb) perkembngan teknologi, perubahan 2 di pasar dan tekanan sosial dan politik.

Kekuatan internal : kekuatan yang muncul dari dalam organisasi seperti masalah SDM, perilaku dan keputusan manajemen.

Sabtu, 29 Januari 2011

terapi ret dan realitas

Permasalahan :
1.Klien yang berprilaku tidak sesuai dengan kenyataan

Kasus yang dihadapi :
BY seorang siswa kelas sembilan di salah satu madrasah tsanawiyah swasta di kota Palembang, dalam keseharian ia selalu cuek dan acuh tak acuh seringkali keluar pada waktu jam belajar dan terkadang ia tidak mengikuti pelajaran seperti teman-temanya. Ia kerapkali “kepergok” oleh guru piket karena tidak masuk ke kelas dan ia terkena teguran dan karena sering berulah ia akhirnya dikenakan sanksi yang berat oleh Kepala madrasah berupa pertanggungjawaban yang telah diperbuatnya berupa perjanjian akan dikeluarkan dari madrasah jika ia berulang lagi. Padahal kenyaataannya ia harus mengikuti ujian akhir nasional dan sebentar lagi akan melanjutkan studi ke sekolah lanjutan tingkat menengah. Namun apa hendak diperbuat ia terpaksa harus menerima konsekuensi terhadap apa yang telah diperbuatnya tersebut.

Penyelesaian kasus tersebut diatas menggunakan terapi realitas dan akan kami coba lakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a.Identifikasi klien
Nama : BY
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Siswa : kelas 9 MTs Swasta Palembang

b.Keluhan utama
-Selalu cuek dan acuh tak acuh
-Seringkali keluar pada saat jam belajar dan tidak mengikuti proses belajar
-Sering berulah dan malas belajar
-Cemas dan berkeringat
-Seringkali buang air kecil

c.Riwayat pribadi
-Cuek dan acuh tak acuh
-Tidak berpakaian rapi
-Pendiam dan suka menyendiri

Hubungan dengan teman sekelas :
-Suka mencontek teman
-tidak harmonis dan mudah tersinggung
-suka menyendiri dan melamun
-terkadang emosional.

Hubungan dengan guru mata pelajaran :
-Tidak menunjukkan sikap hormat
-Tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
-Selalu meminta izin keluar kelas dengan berbagai alasan

Hubungan dengan orang tua
-Suka membantah
-Menunjukkan sikap emosional yang berlebihan
-Tidak betah di rumah dan suka melamun

d.Diagnosa
-Cemas dan berkeringat
-Tidak menghargai diri sendiri dan orang lain
-Suka melamun dan menyendiri
-Mengungkapkan emosi yang berlebihan

e.Prognosa
Klien BY diduga mengalami gangguan kecemasan dan kesulitan dalam belajar dan berhubungan sosial disebabkan oleh faktor tingkahlaku yang tidak sesuai kenyataan.

f.Treatment
Dengan menggunakan terapi realitas diharapkan individu dapat :
-Mampu mengurus dirinya untuk mencapai masa depan yang lebih baik
-Mendorong klien agar berani bertanggung jawab dan disiplin terhadap konsekuensi yang diterimanya apabila ia tidak mau belajar
-Membuat rencana-rencana yang dapat tercapai tentang kelulusan yang akan dicapai
-Menciptakan hubungan yang sukses dengan kepribadian yang sukses

Teknik- teknik konseling yang diberikan dalam terapi realitas, diantaranya dengan:
-Role playing (permainan peran) denga klien
-Menggunakan kata-kata humor dalam penciptaan suana yang segar dan rileks
-Tidak menjanjikan maaf apapun kepada klien karena ia harus mempertanggungjawabkan konsekuensi yang telah diperbuatnya
-Membantu klien merumuskan tingkahlaku apa yang akan dilakukannya
-Membuat model peranan yang diajarkan oleh guru sebagai pendidik
-Menggunakan terapi ejekan (kejutan verbal) yang pantas untuk mengkonfrontasi klien dengan tingkahlakunya yang tidak pantas. (menegur langsung terhadap apa yang tidak dipertanggungjawabkannya)
-Terlibat dalam penyusunan perencanaan model belajar yang dilakukan dalam kehidupan sekolah.

g.Tindak lanjut
Setelah dilakukan terapi realitas dan melihat perkembangan yang telah dicapai dari sisi kelemahan dan kekurangannya. Dan menanggapi kelemahan diri klien dan mengarahkan untuk merubah pandangannya yang keliru tersebut. Dan memberi apresiasi yang tidak berlebihan dengan penghargaan dan kata pujian.


2.Klien yang berpikir tidak logis

Kasus yang dihadapi :
Seorang siswa kelas X pada SMA swasta di Pangkalan Balai (RM) seringkali gemetaran ketika berhadapan dengan teman-temanya apalagi ketika temanya suka mengejeknya. Ia telah berusaha dengan kuatnya untuk melawan perasaan tak nyaman dan cemas itu namun pada kenyataannya belum berhasil. Akibatnya ia selalu menyendiri dan tidak mempunyai banyak teman disekolahnya.

Penyelesaian terhadap kasus tersebut dilakukan dengan tahap-tahapan sebagai berikut:
a.Identifikasi kasus
Nama : RM
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Kelas : X SMA Swasta Pangkalan Balai

b.Keluahan utama
Seringkali gemetaran ketika berhadapan dengan teman-teman dan acapkali ada perasaan ingin ke kamar kecil, mual-mual dan sering mengalami sakit kepala.

c.Riwayat pribadi
-Pendiam
-Pemurung
-Ekspresi yang sedih
-Putus asa

Hubugan dengan teman
-Suka menyendiri
-Pendiam
-Tidak disukai teman

Hubungan dengan guru di sekolah
-Seringkali menghindar
-Takut menatap wajah guru (memalingkan muka)
-Tidak banyak dikenal guru

Hubungan dengan orangtua dirumah
-Suka menyendiri di kamar
-Tidak bergairah dalam keseharian
-Terkadang suka melamun dan
-Tidak semangat melakukan aktivitas di rumah
-Sering dimarahi orangtua

d.Diagnosa
-Sering gemetaran, cemas, mual-mual dan sakit kepala.
-Sikap pendiam, putus asa, suka melamun dan menyendiri
-Tidak respon terhadap aktivitas yang dilakukan sehari-hari

e.Prognosa
Diduga klien RM mengalami perasaan kecemasan yang berlebihan kemungkinan karena pemikiran yang tidak logis.

f.Treatment
Penyelesain masalah dan penyembuhan digunakan dengan terapi RET (Rational emotive therapy) dengan tujuan menunjukkan dan menyadarkan klien bahwa cara berpikirnya yang tidak logis itu merupakan penyebab timbulnya gangguan emosional pada diri klien mengatasi cara berpikirnya yang tidak logis dengan cara berpikir atau ide-ide yang logis.

Tujuan utama dari terapi RET adalah:
-Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan dan pandangan-pandangan klien yang tidak rasional dan tidak logis menjadi logis dengan harapan dapat mengembangkan dirinya dan meningkatkan aktualisasi diri seoptimal munkgin.
-Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang dapat merusak diri klien sendiri

Proses terapi RET adalah :
-Menunjukkan kesulitan yang dialami klien berhubungan dengan keyakinan yang irrasional kemudian menunjukkan bagaimana harus bersikap rasional.
-Menunjukkan pemikiran klien yang irrasional dam klien mengubah keyakinan irrasional yang dialaminya
-Menghindarkan diri dari ide-ide irrasional dan menghubungkan ide-ide irrasional tersebut dengan perasaan klien
-Menantang klien untuk mengembangkan kehidupannya secara rasional dan menolak kehidupan yang irrasional.

Teknik-teknik konseling RET yang dilakukan adalah dengan:
-Teknik assertive training, yaitu teknik melatih, mendorong dan membiasakan klien secara terus menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
-Dalam kasus RM dilakukan dengan :
•Pembiasaan diri supaya rasa malunya hilang melalui latihan berdiri di depan kelas
•Menjadikannya pemimpin kelompok
•Melakukan diskusi
•Berbicara di depan teman-temannya di kelas
-Teknik sosiodrama yaitu teknik mengekspresikan perasaan-perasaan yang menekan klien melalui suatu sandiwara (drama)
-Teknik self modelling yaitu meminta klien untuk berjanji untuk menghilangkan perasaan-perasaan yang negatif.
-Teknik imitasi yaitu meminta klien untuk menirukan suatu perilaku secara terus menerus melawan perilaku klien sendiri yang negatif

g.Evaluasi / tindak lanjut
Setelah treatment dilakukan diamati perkembangan yang telah dicapai dan klien disadarkan untuk tidak berlaku cemas dan malu ketika berhadapan dengan teman-temanya atau gurunya karena itu disebabkan oleh persepsinya yang keliru rasional saja dan pada kenyataannya ia mampu berkomunikasi dengan teman dan gurunya. Jika dalam teknik ini tidak ada hasil yang diharapkan maka perlu diadakan evaluasi dari tahap awal hingga akhir sehingga klien mampu mengatasi permasalahannya sendiri dan mengaktualisasikan dirinya pada teman, guru, dan lingkungannya sehingga tidak ada lagi perasaan cemas yang melanda.

Kamis, 27 Januari 2011

konsep bimbingan karir

Konsep bimbingan karir :
perwujudan diri yang bermakna melalui serangkaian aktivitas dan mencakup seluruh asfek kehidupan yang terwujud karena adanya kekuatan dari dalam diri seseorang dan mencapai kebahagiaan diri dan lingkungan.

Strategi bimbingan karir
Pola umum perbuatan pembimbing kepada klien dalam wujud hubungan bantuan dalam menciptakan sistem lingkungan yang kondusif dan memfasilitasi perkembangan klien dalam
a.Memahami dan menilai dirinya, terutama dalam potensi dasar (bakat, minat, sikap, keahlian dan cita-cita)
b.Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada pada diri dan masyarakatnya
c.Mengetahuui lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan potensi dirinya serta jenis-jenis pendidikan dan pelatihan yang diperlukan untuk suatu bidang tertentu
d.Menemukan dan dapat mengatasi hambatan-hambatan yang disebabkan oleh faktor diri dan lingkungan
e. Merencanakan masa depan karirnya

Dalam makna lain siswa terbantu dalam pembuatan dan pelaksanaan rencana, penilaian diri dan lingkungannya demi mencapai kesuksesan perjalanan hidup yang bermakna horizontal (bagi sesamanya) dan vertikal (Tuhannya).

Langkah-langkah perencanaan karir di SMA dalam melanjutkan studi ataupun memasuki dunia kerja:
a. Pemanfaatan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang hendak dicapai
b.Pemanfaatan orientasi dan informasi karir pada umumnya dan khususnya karir yang hendak dikembangkan
c.Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup
d.Orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.

Langkah-langkah dalam penyusunan genogram:
a.Konstruksi genogram
Proses pertama untuk memetakan, membuat gambar silsilah atau asal-usul keluarga klien sebanyak tiga generasi, yaitu generasi klien, generasi orangtua klien dan generasi kakek-nenek klien. Dan ketiganya dibuat silsilah dan gambar bersama klien dengan menggunakan penjelasan dan simbol-simbol yang dapat dipahami konselor.

b.Identifikasi jabatan
Tahap penelusuran bidang pekerjaan/jabatan yang ada pada anggota keluarga dari tiga generasi itu termasuk usaha yang ditempuh untuk memperoleh pekerjaan/jabatan, tingkat keberhasilan, dan konsekuensinya dalam segala asfek kehidupan yang bersangkutan.

c.Eksplorasi klien
Tahap ini adalah menfokuskan kajian terhadap diri klien agar memperoleh pemahaman selama wawancara genogram, diantaranya:
1.Isi pengamatan diri klien
2.Pemahaman lingkungan/dunia kerja
3.Proses pembuatan keputusan, model-model pola hidup
4.Model-model okupasional

konsep bimbingan karir

Rabu, 26 Januari 2011

BK Industri dan organisasi

PENDEKATAN KONSELING

I.Pendekatan Psikoanalisis
1.1.Proses konseling dalam pendekatan psikoanalisis
-Proses konseling sebagai berikut :

1.1.1Tahap membina hubungan konseling
-Dimulai sejak tahap awal konseling
-Binalah hubungan konseling itu dengan baik

1.1.2Tahap krisis bagai klien
-Yaitu kesukaran bagi klien dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan transferensi (pemindahan)
-Ttransferensi adalah klien menghidupkan kembali pengalaman mas lalu dan konflik masa lalu yang berkaitan (berhubungan) dengan cinta, sksualitas, kebencian dan kecemasan yang dibawa klien ke masa sekarang.
-Konselor membantu klien dalam mengemukakan masalah yang dialami klien.
-Konselor membantu klien dalam mengungkapkan (menghidupkan) kembali pengalaman masa lalu dan konflik masa lalunya yang berkaitan dengan cinta, seksualitas, kebencian dan kecemasa ke amsa sekarang.

1.1.3Tahap menilik masa lalu klien
-Masa lalu klien perlu ditilik atau ditelaah, terutama pada masa kanak-kanak.

1.1.4Tahap pengembangan resistensi
-Resistensi = bertahan, tertutup, tidak terbuka, tidak mau terlibat
-Kenali atau ketahui gejala resistensi pada diri klien oleh konselor
-Gejala resistensi yang perlu dikendali/diketahui pada diri klien adalah :
a.Klien berbicara terlalu formal / resmi :
•Berbicaranya dipermukaan saja, tidak memperdalam menyangkut masalahnya
•Menutup hal-hal yang sifatnya pribadi (tidak berbicara hal-hal yang bersifat pribadi)
b.Klien malas atau enggan untuk berbicara (klien lebih banyak diam saja)
c.Klien bersifat defensif (bertahan)
•Bertahan tidak mau bicara tentang hal-hal yang rahasia
•Mempertahankan hal-hal yang rahasia
•Menolak, membantah, menghindar, tidak mau berbagi
-Mengapa klien bersifat resistensi atau bertahan?
Karena
a.Klien menghadap konselor karena dipaksa
•Bukan atas keinginannya sendiri
•Karena dipaksa orangtua, anggota keluarga, guru/wali kelas, dan lain-lain
b.Sikap konselor itu sendiri: kaku, curiga, kurang bersahabat, menakutkan, suka marah-marah, konselor terlalu menguasai (mendominasi) proses konseling dengan terlalu banyak memberi nasehat dan kata-kata yang kurang disenangi oleh klien.
c.Ruangan konseling yang kurang mendukung:
•Dekat dengan ruangan lain sehingga pembicaraan mudah didengarkan oleh orang lain
•Tempat lalu lalang orang lain
d.Pribadi klien itu sendiri
•Klien yang angkuh karena jabatan atau pangkat, titel, kekayaan, dan lain-lain
•Klien yang sudah terlalu biasa didengarkan, sehingga sulit untuk mendengarkan.

-Resistensi (sikap bertahan) klien jangan dibairkan tapi harus diatasi oleh konselor dengan cara sebagai berikut:
a.Mengatasi faktor-faktor penyebab tersebut diatas
b.Mengalihkan topik pembicaraan
c.Memberi motivasi
d.Menaikkan/menurunkan level atau tingkat diskusi tergantung kemampuan klien.

-Bagaimana bila klien tetap resisten walaupun telah diupayakan cara-cara diatas untuk mengatasinya? Untuk ini konselor dapat mendrop-out atau mereferalkan (mengalihtangankan) klien tersebut kepada konselor yang lebih cocok.

-Sikap resisten tidak hanya terjadi pada diri klien, tetapi konselor dapat pula bersifat resisten (bertahan) karena:
a.Ada perasaan cemas (kekalutan pikiran) karena masalah keluarga, pekerjaan, dan keuangan keluarga
b.Konselor sedang mengalami frustasi (putus asa) dan konflik
c.Konselor yang merangkap jabatan, sehingga konselor menganggap dirinya sebagai atasan dan klien sebagai bawahannya. Karena itu konselor dapat memberi instruksi, nasehat, dan memarahi klien. Sedangkan klien harus patuh pada konselornya.

-Bagaimana mengatasi sifat resitensi konselor ini? Untuk mengatasinya konselor harus banyak melatih diri melakukan komunikasi konseling dengan klien. Untuk mengatasinya konselor harus banyak melatih diri melakukan komunikasi konseling dengan klien. Dengan latihan ini konselor akan terbiasa mendengarkan, memberi perhatian, merasa, dan merespon (menanggapi) secara verbal kepada klien.

1.1.5 Tahap pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor

1.1.6 Tahap melanjutkan lagi hal-hal yang resisten


1.1.7 Tahap menutup wawancara konseling

1.2. Teknik- teknik konseling dalam pendekatan psikoanalisis
- Ada 5 teknik dari konseling psikoanalisis, yaitu :

1.2.1 Teknik asosiasi bebas
•Konselor mengupayakan klien mengungkapkan pengalaman masa lalunya
•Konnselor mengupayakan klien menghentikan emosi-emosinya berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lalunya
•Kedua teknik ini disebut katarsis

1.2.2 Teknik Interpretasi
•Teknik ini digunakan konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien
•Dengan teknik ini konselor menetapkan, menejelaskan, dan mengajari klien tentang makna perilaku yang termanifestasi dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan transferensi klien.
•Teknik ini bertujuan agar ego klien dapat mencerna materi-materi baru dan mempercepat proses penyadaran.

1.2.3 Teknik analisis resistensi
•Teknik ini untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi (pertahanan). Mengapa klien bersifat resistensi. Dengan teknik ini konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi tersebut.

1.2.4 Teknik transferensi
•Konselor mengupayakan agar klien mengembangkan transferensinya (menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu klien) agar terungkap neurosisnya.
•Disini konselor harus bersifat netral, obyektif, pasif, agar terungkap transferensi tersebut.

1.2.5 Teknik analisis mimpi
•Teknik ini untuk membuat hal-hal yang tidak disadari klien dan memberi kesempatan klien untuk menilik/menelaah masalah-masalah yang belum terpecahkan.




II.Pendekatan Konseling Non Direktif (Client Centered Counseling/CCC, Client Centered Theraphy/CCT atau Terapi Berpusat Pada Klien atau Psikoterapi Non Direktif)
-Konseling atau terapi yang dilakukan dengan cara berdialog dalam memecahkan masalah yang dialami klien
-Dialog dilakukan antara konselor dengan klien
-Konseling atau pemecahan masalahberpusat pada klien, bukan pada konselor. Karena itu proses konseling sebagaian besar diletakkan pada diri klien itu sendiri
-Konselor mendorong klien untuk mencari dan menemukan cara yang terbaik dalam pemecahan masalahnya
-Sasaran konseling atau terapi adalah asfek emosi dari perasaan (felling), bukan segi intelektualnya
-Titik tolak konseling adalah keadaan individu, termasuk kondisi sosial psikologis masa kini/sekarang (here and now), dan bukan pengalaman masa lalu
-Peranan yang aktif di dalam konseling dipegang oleh klien, sedangkan konselor bersifat pasif-reflektif (tidak semata-mata diam dan pasif, tetapi juga berusaha membantu klien agar aktif memecahkan masalahnya
-Klien yang harus aktif mengemukakan (mengungkapkan) masalahnya dan mencari pemecahan masalahnya.
-Sedangkan konselor hanya mendorong klien agar mampu memecahkan masalahnya, menciptakan situasi yang dapat mendorong klien merefleksikan (memantulkan) sikap-sikap dan perasaan-perasaannya
-Tujuan konseling non direktif adalah :
a.Memberi kesempatan dan kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya, dan merealisasikan (mewujudkan) potensi-potensi atau kemampuan-kemampuannya secara optimal
b.Membantu individu mampu/sanggup berdiri sendiri dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya
c.Membantu klien mampu bertumbuh dan berkembang yaitu tumbuh menjadi sehat dan berkembangnya perasaan-perasaan yang positif dari perasaan-perasaan yang negatif
d.Membantu klien mengatasi konflik psikologis yang dihadapinya
e.Membantu klien mampu menentukan pilihan sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Hal ini tentu sesuai kekuatan dan kelemahan klien itu sendiri.

-Proses konseling non direktif tidak terikat kepada langkah-langkah konseling yang harus dilakukan oleh konselor (proses konseling tidak bisa ditentukan oleh konselor), tapi sangat tergantung kepada klien. Oleh karen itu klien harus cepat dapat mengungkapkan masalahnya supaya konselor dapat cepat pula mengarahkan klien dalam mengambil keputusan sendiri sepanjang klien telah memahami/mengerti masalah-masalahnya.
-Dalamkonseling non direktif konselor berperan sebagai fasilitator atau sebagai cermin
-Dalam mengambil keputusan terakhir ada pada diri klien, sedangkan konselor hanya mengarahkan klien agar memiliki kemampuan mengambil keputusan sendiri.
-Dalam proses konseling non direktif harus diciptakan hubungan yang intim agar hubungan konseling berhasil. Karena itu harus diciptakan rapport.
-Dalam konseling non direktif sangat penting adanya empati (mengerti dan merasakan perasaan klien)
-Pertimbangan atau alasan digunakannya konseling non direktif adalah:
1.Sifat klien
•Konselor harus memahami sifat-sifat klien secara baik
•Konseling non direktif diperuntukkan bagi klien yang memiliki sifat agresif, terbuka, mau berterus terang, dan mau mengemukakan masalahnya.

2.Sifat konselor
•Konselor mau menjadi pendengar yang baik
•Mampu menciptakan rapport (hubungan baik)
•Mampu berempati (merasakan)
•Konselor mampu meluangkan waktunya karena konseling non direktif memakan waktu yang lama.

3.Sifat masalah
•Pada dasarnya konseling non direktif dapat digunakan untuk semua masalah
•Terapi konseling non direktif paling baik digunakan untuk mengatasi masalah “konflik psikologis” (ketegangan psikologis akibat tekanan dari lingkungan).

-Langkah-langkah atau fasse-fase atau tahap-tahap atau proses konseling non direktif sebagai berikut:
a.Menurut Dewa Ketut Sukardi:
1.Klien datang sendiri (secara sukarela) untuk meminta bantua kepada konselor
Dapat juga klien datang sendiri (secara sukarela) untuk meminta bantuan kepada konselor atas saran dari orang lain, karena itu konselor harus dapat menciptakan suasana yang akrab, intim, terbuka, hangat.
2.Merumuskan situasi bantuan
•Klien didorong untuk menerima tanggung jawab untuk melaksanakan pemecahan masalah yang dialaminya (dihadapinya)
•Dorongan ini dapat dilaksanakan bila konselor yakin klien mampu membantu dirinya sendiri

3.Konselor mendorong klien untukmengungkapkan perasan-perasaannya yang berkaitan dengan masalahnya secara bebas.
4.Konselor menerima dan menjernihkan perasaan-perasaan klien yang negatif
Konselor harus memberikan respon (tanggapan) terhadap perasaan klien yang
negatif dengan menjernihkan kembali perasaan-perasaannya yang negatif itu.
5.Bila perasaan-perasaan negatif klien telah terungkap semuanya, maka beban psikologis klien sudah berkurang
6.Konselor menerima perasaan-perasaan positif yang diungkapkan klien
7.Saat klien mencurahkan perasaan-perasaan positifnya, maka wawasan klien mengenai dirinya, pemahaman dan penerimaan dirii klien perlu dikembangkan secara berangsur-angsur
8.Apabila klien telah memahami dan menerima dirinya, maka mulailah membuat keputusan dan memikirkan tindakan yang memungkinkan
9.Mulai melakukan tindakan-tindakan yang positif
10.Perkembangan lebih lanjut wawasan klien
11.Meningkatkan tindakan-tindakan (tingkah laku) positif pada diri klien
12.Mengakhiri proses konseling

b.Menurut Carl Rogers:
1.Klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri
Dapat juga klien datang atas suruhan orang lain
2.Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien
Untuk ini konselor harus menyadarkan klien
3.Konselor memberanikan diri agar klien mampu mengemukakan perasaan-perasaannya
Untuk ini konselor harus bersikap normal, bersahabat, dan menerima klien seperti apa adanya
4.Konselor menerima perasaan klien dan memahami perasaan klien
5.Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya
6.Klien menentukan / merencanakan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambilnya
7.Klien merealisasikan (mewujudkan) pilihan sikap dan tindakannya itu

c.Menurut Sayekti Pujosuwarno
1.Klien datan sendiri kepada konselor untuk meminta bantuan
2.Konselor menentukan situasi yang cocok untuk memberikan bantuan
3.Konselor menerima, mengenal, dan memperjelas perasaan negatif klien
4.Konselor memberikan kebebasan kepada klien untuk mengemukakan masalahnya
5.Apabila perasaan-perasaan negatif klien itu sudah dinyatakan / diungkapkannya seluruhnya, maka secara berangsur-angsur timbul perasaan-perasaan negatif
6.Konselor menerima, mengenal, dan memperjelas perasaan negatif klien
7.Pada diri klien timbul pemahaman tentang diri sendiri (self)
8.Pemahaman yang lebih jelas pada diri klien tentang kemungkinan menentukan kepuasan dan berbuat
9.Timbul inisiatif pada diri klien untuk melakukan perbuatan positif
10.Adanya perkembangan lebih lanjut pada diri klien tentang pemahaman terhadap diri sendiri
11.Timbul perkembangan tindakan positif pada diri klien
12.Klien secara berangsur-angsur merasa tidak membutuhkan bantuan lagi, karena klien sudah menemukan sendiri jalan hidupnya

-Teknik-teknik konseling non direktif :
a.Menurut Carl Rogers sebagai berikut:
1.Acceptance (penerimaan)
Konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan semua permasalahannya
2.Congruence (konsisten)
Konselor harus sesuai kata dengan perbuatannya

3.Understanding (pemahaman, pengertian)
Konselor harus dapat memahami klien

4.Nonjudgemental (konselor tidak memberi penilaian kepada klien, tetapi konselor harus selalu oyektif)

b.Menurut Sayekti Pujosuwarno, sebagai berikut:
1.Acceptance (penerimaan)
2.Resfect (rasa hormat)
3.Understanding (mengerti, memahami)
4.Reassurance (menenteramkan hati, menyakinkan)
5.Encourragement (dorongan)
6.Limited question (pertanyaan terbatas)
7.Reflection (refleksi/memantulkan perasaan)

IIIPendekatan Rational emotive therapy / Rational Emotive / Cognitive Behavior Therapy / Comprehensive Therapy biasa disingkat RET.
-Teori ini dikembangkan oleh Albert Ellis.
-Tujuan dari teori ini adalah untuk mengatasi pikiran yang tidak logis tentang diri sendiri dan lingkungannya atau membentuk ketidaklogisan klien berpikir.
-Dengan teori RET konselor berusaha membantu klien agar klien menyadari pikiran dan kota-kotanya sendiri yang tidak logis itu agar klien bisa berpikir dan berbuat yang lebih rasioanal.
-Dalam teori RET konselor harus berperan lebih aktif dalam menelusuri masalah klien.
-Prose hubungan konseling harus dapat diciptakan dan dipelihara dengan baik.
-Dalam teori RET tidak banyak ditelusuri masa lalu klien
-Ketidaklogisan klien berpikir dapat menimbulkan masalah gangguan atau kesulitan-kesulitan emosional dalam melihat dan menafsirkan objek atau fakta yang dihadapinya. Misalnya individu yang merasa dirinya diejek, dicela, dan tidak diacuhkan oleh orang lain.
-Tujuan konseling RET adalah menunjukkan dan menyadarkan klien bahwa cara berpikirnya yang tidak logis itu merupakan penyebab timbulnya gangguan emosional pada diri klien dengan bantuan konseling RET klien dibantu untuk mengatasi cara berpikirnya yang tidak logis dan menggantinya dengan cara berpikir atau ide-ide yang logis.
Tujuan utama dari konseling RET atau konseling rational emoty therapy adalah:
1.Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan dan pandangan-pandangan klien yang tidak rasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis
-Supaya klien dapat mengembangkan dirinya
-Untuk meningkatkan self actualization seoptimal mungkin
2.Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang dapat merusak diri klien sendiri, misalnya:
-Rasa benci
-Rasa takut
-Rasa cemas
-Rasa marah
-Rasa bersalah
-Rasa berdosa
-Rasa was-was
Hal ini terjadi akrena “cara berpikir dan keyakinan” yang keliru. Untuk ini klien harus dilatih hidup secara rasioanl, membangkitkan kepercayaan klien, nilai-nilai dan kemapuan dirinya sendiri.
secara khusus tujuan konseling RET adalah :
1.Self interest
2.Self direction :
-Mendorong klien untuk mengarahkan dirinya sendiri
-Klien harus menghadapi kenyataan-kenyataan hidupnya dengan bertanggung jawab sendiri, bukan tergantung kepada orang lain atau meminta bantuan orang lain.

3.Tolerance
Mendorong klien agar mempunyai toleransi terhadap orang lain, walaupun orang lain itu bersalah.

4.Accepetance of uncertainty
•Memberikan pemahaman yang rasional kepada klien untuk menghadapi kenyataan hidup secara rasional, logis, dan tidak emosional.
•Di dunia ini segala kenyataan hidup mungkin terjadi, baik itu kenyataan hidup yang baik maupun buruk.
•Baik-buruknya kenyataan hidup itu harus dihadapi dengan senang dan tabah.

5.Fleksibel
Mendorong klien luwes (fleksibel) dalam bertindak dan terbuka terhadap masalahnya, sehingga diperoleh cara-cara pemecahan masalah yang dapat memuaskan klien.

6.Comitment
Klien harus dapat berpikir secara rasional terhadap dirinya sendiri dan orang lain

7.Scientific thinking
Klien harus dapat berpikir secara rasional terhadap dirinya sendiri dan orang lain.

8.Risk taking
Klien harus didorong dan dibangkitkan sikap keberaniannya untuk mengubah nasibnya melalui kehidupan nyata.

9.Self acceptance
Klien dapat menerima kemampuan dan kenyataan dirinya sendiri dengan perasaan gembira dan senang.

-Dalam konseling RET konselor harus lebih aktif dalam membantu mengarahkan dan memecahkan masalah klien. Jadi, konselor harus berperan lebih aktif daripada klien.
-Hubungan konseling dibentuk berdasarkan kognitif klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
-Dalam hubungan konseling harus dilihat emosi klien. Untuk ini pelajari sumber-sumber gangguan emosional pada diri klien.
-Dalam konseling RET, konselor sebagai model untuk klien. Dengan menjadi model ini, klien dapat melawan sistem nilai dan keyakinannya yang salah.

-Proses terapi (konseling) RET sebagai berikut:
1.Konselor menunjukkan kesulitan yang dialami klien berhubungan dengan keyakinan yang irrasional, kemudian menunjukkan kepada klien bagaimana harus bersikap rasional. Klien harus menyadari gangguan emosi yang dialaminya bersumber dari pemikiran yang irrasional.
2.Konselor menunjukkan pemikiran klien yang irrasional, kemudian klien berusaha mengubah keyakinannya menjadi rasional.
3.Konselor berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide irrasionalnya, dan konselor menghubungkan ide-ide irrasional tersebut dengan perasaan diri klien.
4.Konselor berusaha menantang klien untuk mengembangkan kehidupannya secara rasional, dan menolak kehidupan yang irrasional.

-Tenik-teknik konseling dalam RET sebagai berikut:
a.Menurut Sayekti Pujosuwarno:
1.Teknik assertive training
Yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
Misalnya, siswa yang pemalu diberikan latihan pembiasaan diri supaya rasa malunya hilang melalui latihan berdiri di depan kelas, menjadi pemimpin kelompok, melakukan diskusi, berbicara di depan tema-temnya di kelas, dll. Jika perasaan malu klien sudah hilang atau berkurang, maka klien disadarkan bahwa perasaan malunya itu hanya disebabkan oleh penilaian dan pandangan (persepsinya) yang keliru/tidak rasional saja. Toh klien tidak merasa malu ketika berdiri di depan kelas, menjadi pemimpin kelompok, melakukan diskusi, berbicara di depan teman-temannya di kelas, dll.

2.Teknik Sosiodrama
Teknik ini digunakan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan yang menekan klien melalui suatu sandiwara (drama). Dalam drama tersebut klien dapata mengungkapkan perasaan-perasaannya.

3.Teknik self modelling
Yaitu teknik yang meminta klien untuk berjanji (berkomitmen) dengan konselor untuk menghilangkan perasaan-perasaan atau perilaku tertentu (perilaku negatif). Misalnya, klien berjanji tidak lagi membenci atau memusuhi teman sekelasnya.

4.Teknik imitasi
Yaitu teknik yang meminta klien untuk menirukan suatu perilaku secara terus-menerus guna melawan perilaku klien sendiri yang negatif.

5.Teknik-teknik behavioristik terdiri dari:
a.Teknik reinforcement
Yaitu tekni yang mendorong klien agar berperilaku lebih rasional/logis dengan jalan memberikan pujian (reward) atau punishment. Bila perilaku klien positif dipuji “baik”, dan bila perilakunya negatif (masih negatif) maka dikatakan tidak baik. Dengan cara ini diharapkan klien akan berperilaku seperti yang diharapkan konselor kepadanya.

b.Teknik social modelling
-Yaitu teknik untuk membentuk perilaku-perilaku pada klien
-Teknik ini diakukan dengan cara imitasi, mengobservasi dan menyesuaikan dirinya dengan social model yang dibuat itu
-Teknik sosial modeling dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.Live models
-Digunakan untuk menggambarkan perilaku-perilaku tertentu dalam bentuk percakapa atau interaksi dengan orang tua, guru, orang dewasa, atau teman sekelompok klien.
-Klien dilatih untuk mengidentifikasikan dirinya dengan orang-orang tertentu yang menjadi model dalam live models tersebut.

2.Filmed models
Suatu model perilaku yang difilimkan sehingga klien dapat mengimitasi dan mengidentifikan dirinya dengan model perilaku yang dimunculkan dlam film tersebut.

3.Audio tape models
Suatu model yang diadakan agar klien dapat mempelajari tingkah laku baru dengan mendengarkan orang lain menyatakan perilakunya.

6.Teknik – teknik kognitif, terdiri dari :
a.Home work assigment
-Dalam tekni ini kepada klien diberikan tugas-tugas rumah untuk melatih dan membiasakan serta menuntun klien agar melakukan perilaku yang diharapkan oleh konselor.
-Dengan cara memberikan tugas rumah tersebut, diharapkan klien akan mengurangi atau menghilangkan ide-ide maupun perasaan-perasaannya yang tidak rasional/tidak logis.
-Selanjutnya, tugas yang diberikan konselor untuk dilakukan oleh klien itu dilakukan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor.
-Teknik ini digunakan untuk mengembangkan sikap tanggung jawab, percaya diri, dan mengurangi ketergantungan kepada konselor.

b.Teknik bibliotherapy
Teknik ini diberikan untuk mengatasi cara berpikir klien yang irrasional atau tidak logis dengan cara berpikir yang rasional melalui bahan-bahan bacaan yang dipilih oleh konselor untuk dibaca oleh klien.

c.Teknik diskusi
Teknik ini dilakukan dengan mempelajari pengalaman-pengalaman orang lain melalui suatu diskusi sehingga dapat mengubah perilaku klien yang irrasional menjadi rasional.

d.Teknik simulasi
Teknik bermain peran antara konselor dengan klien.

e.Teknik gaming
Teknik untuk melatih dan menempatkan klien dalam peran tertentu, misalnya klien berperan sebagai seorang ayah, ibu, pemimpin dll.

f.Teknik paradovical intention (keinginan yang berlawanan)
-Seseorang yang mulai memperlihatkan keinginan (hasrat) yang tidak baik (negatif) dengan sendirinya akan menjadi jera dengan jalan menciptakan kondisi yang hiperintention (mempertinggi hasrat/keinginannya), sehingga pada titik kulminasi (tertinggi) klien akan menghilangkan sama sekali keinginannya itu
-Misalnya:
•Siswa yang telah ribut di kelas, dibiarkan dia ribut seenaknya/diberikan kesempatan untuk ribut seenaknya. Maka pada suatu saat ia akan bosan dan berhenti dengan sendirinya.
•Seorang anak yang takut dengan bunyi yang keras, maka diperdengarkan bunyian yang keras sampai ia tidak merasa takut lagi.

IV.Pendekatan konseling reality therapy atau terapi realitas
-Realitas therapy dikembangkan oleh William Glasser
-Reality artinya standar obyektif atau patokan obyektif, yang menjadi kenyataan (realitas) yang harus diterima
-Yang terutama disoroti pada seseorang (klien) adalah tingkah lakunya yang nyata.
-Tingkah laku itu dievaluasi/dinilai menurut kesesuaian atau ketidaksesuaiannya dengan realitas (kenyataan) yang ada.
-Konseling ini menfokuskan (memusatkan) perhatian pada perilaku klien saat ini (sekarang) dengan menitikberatkan tanggung jawab yang dipikul seseorang untuk berperilaku sesuai dengan realitas (kenyataan) yang dihadapi. Klien harus berperilaku sesuai dengan kenyataan yang ada. Misalnya klien harus disiplin, tetapi kenyataannya tidak disiplin.
-Penyimpangan-penyimpangan dalam tingkah laku seseorang (klien) dikarenakan tidak adanya kesadaran akan tanggung jawab pribadi.
-Tanggung jawab diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis yang mendasar. Kebutuhan psikologis yang mendasar itu adalah:
1.Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
2.Kebutuhan menghayati dirinya sebagai orang yang berharga dan berguna

-Klien dalam memenuhi kedua kebutuhannya di atas hendaknya tidak merampas atau mengambil hak orang lain, tetapi melalui suatu proses belajar. Dengan demikian, tanggung jawab itu merupakan:
a.Suatu hasil usaha belajar untuk memenuhi kebutuhan klien dalam realitas hidupnya
b.Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya klien dihadapkan pada norma-norma meoralitas, adat-istiadat, nilai-nilai kehidupan, dan pembatasan-pembatasan yang lain. Jadi, klien tidak dapat bertindak sesuka hatinya, tetapi klien harus bertingkah laku dengan tepat (benar) dan menghindari tingkah laku yang salah.
-Selama proses konseling kelangsungan konselor harus membantu klien untuk menilai kembali tingkah lakunya dari sudut “bertindak secara bertanggung jawab”. Dengan demikian proses konseling tersebut bagi klien harus dapat menjadi “pengalaman belajar” dalam menilai dirinya sendiri, dan bila perlu “mengganti tingkah laku yang keliru dengan tingkahlakuyang sehat (benar)”. Disini konselor bertindak sebagai seorang guru yang mengajarkan cara-car bertindak secara bertanggung jawab,memberi pujian kepada klien bila klien mulai bertindak secara tepat (benar), dan mencela bila klien tidak dapat bertindak secara bertanggung jawab (tepat, benar) selain itu konselor harus menolak bila klien tidak menunjukkan tanggung jawab, menyalahkan orang lain, atau menyalahkan situasi (kondisi). Kalau klien ingin menikmati kebahagiaan dalam hidupnya, maka klien harus menjadi orang yang bersikap dan bertindak dengan penuh tanggung jawab dalam menghadapi kenyataan hidup.
-Realitas therapy merupakan bentuk hubungan pertolongan (konseling) :
1.Yang praktis, sederhana, dan bantuan langsung pada klien.
2.Yang menolong/membantu klien agar klien mampu menghadapi kenyataan hidup tanpa merugikan siapapun (orang lain).
3.Dimana klien dapat denga penuh optimis menerima bantuan dari konselor untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya.
4. Agar klien mampu menghadapi kenyataan hidupnya tanpa merugikan orang lain.
5. Yang menekankan pada masa kini (sekarang), karena itu dalam memberikan alternatif bantuan tidak usah melihat begitu jauh masa lalu klien. Yang penting bagaimana klien dapat sukses/berhasil mencapai hari depannya.

-Konsep dasar konseling terapi realitas (reality therapy) adalah :
1.Manusia mempunyai kebutuhan psikologis yang tunggal, yang hadir dalam seluruh kehidupannya.
•Adanya kebutuhan yang tunggal ini menyebabkan individu merasa mempunyai keunikan (kekhasan) yang berbeda dari orang lain.
2.Kepribadian yang khas/khusus/unik itu menimbulkan dinamika tingkahlaku yang menjelma menjadi pola-pola yang tersendiri pada setiap individu.
3.Setiap orang mempunyai kemampuan yang potensial untuk tumbuh dan berkembang
Kemapuan untuk tumbuh dan berkembang ini dapat menjadi aktual (kenyataan) bila klien berusaha melalui tingkah lakunya yang nyata.
4.Individu tidak bisa mendambakan potensi-potensi yang telah dimilikinya itu dan telah dibawa sejak lahir tersebut untuk berkembang dengan sendirinya.
potensi yang dimiliki harus diusahakan untuk berkembang melalui tingkahlaku yang nyata.
•Setiap orang menentukan nasibnya sendiri.

-Ciri - ciri reality therapy adalah :
1.Ada individu yang bertingkahlaku dengan tidak bertanggungjawab
2.Fokusnya pada tingkahlaku yang nyata pada saat ini (tingkahlaku yang tampak)
3.Berorientasi pada tingkah laku yang akan datang dengan fokus pada tingkahlaku sekarang yang dapat diubah, diperbaiki. Tingkahlaku yang tidak dapat diubah dan tidak dapat diperbaiki.
4.Menekankan pada kesadaran klien yang harus dinyatakan dalam tingkahlaku klien seperti apa yang harus dikerjakan oleh klien, apa yang diinginkan oleh klien.
•Konselor harus mengikutsertakan klien dalam merencanakan tingkahlaku apa yang harus diperbuat oleh klien secara nyata dalam mencapai harapan-harapannya di masa mendatang.
•Tingkahlaku yang nyata itu harus diwujudkan klien, harus bernilai, harus bermakna, dan disadari oleh klien.
5.Menekankan pentingya “nilai”
Nilai ini dipentingkan untuk menentukan kemapuan klien dalam perjuangan menghadapi kegagalan, sehingga klien dapat memberi makna atau nilai pada kegagalannya. Jadi, kegagalan itu dapat memberi himah pada diri klien.
6.Konselor memberikan alternatif-alternatif yang dapat diwujudkan dalam tingkahlaku nyata klien dari problema-problema yang dihadapi oleh klien.
7.Menghapuskan hukuman bagi klein/individu yang mengalami kegagalan.
•Ganti hukuman itu dengan menanamkan disiplin yang dapat diwujudkan secara nyata dalam tingkahlakunya.
8.Menanamkan pentingya tanggung jawab melalui perwujudan tingkahlaku klien.

-Tujuan terapi realitas adalah :
1.Membantu individu supaya mampu mengurus dirinya sendiri
•Individu klien dapat memutuskan tingkahlaku yang tepat yang dapat dilakukannya untuk mencapai masa depan yang lebih baik.
2.Mendorong klien agar berani bertanggunjawab
Tanggun jawab yang dimintakan pada klien itu harus sesuai dengan kemapuna dan keinginannya dalam mencapai perkembangan dan pertumbuhan klien.
3.Membuat rencan-rencana nyata/realistik yang dapat diwujudkan dalam tingkahlaku klien.
•Rencana-rencana yang dibuat itu dapat dicapai.
4.Hubungkan tingkahlaku yang sukses dengan kepribadian yang sukses.
5.Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggungjawb atas kesadaran sendiri.

-Hubungan pertolongan (konseling) antar kosnelor deng klien dalam terapi realitas mempunyai 4 ciri sebagai berikut:
1.Konselor dan klien harus saling terlibat
•Ada saling kontak, ada saling pengertian, dan saling simpati
•Ini kunci sukses dalam konseling

2.Harus ada perencanaan untuk menolong klien dalam mengubah tingkah lakunya yang gagal menjadi tingkahlakunya yang sukses.
3.Harus menepati janji.
4.Klien harus mempertanggungjawabkan tingkahlaku yang sudah direncanakan dan disepakati konselor.

-Teknik-teknik dalam konseling reality therapy adalah :
1.Role playing (permainan peranan) dengan klien
2.Gunakan humor agar suasananya segar dan rileks.
3.Tidak menjanjikan maaf apapun kepada klien karena terlebih dahulu sudah dibuat perjanjian.
4.Membantu klien merumuskan tingkahlaku apa yang akan diperbuatnya/dilakukannya.
5.Membuat model-model peranan yang akan diterapkan/diajarkan konselor sebagi guru yang lebih bersifat mendidik.
6.Menggunakan terapi ejekan (kejutan verbal) yang pantas untuk mengkonfrontrasi klien dengan tingkahlakunya yang tidak pantas. Misalnya, memberikan teguran langsung atau secara tiba-tiba terhadap tingkahlaku atau janji klien yang tidak dipertanggungjawabkannya.
7.Konselor ikut terlibat mencari kehidupan yang lebih efektip bagi klien. Misalnya dengan merencanakan model belajar atau sekolah yang langsung dilakukan dalam kehidupan klien.

V.Terapi perilaku / behavior therapy / terapi behavioral / konseling behavioral.
-Pelopor terapi Ivan Pavlov dan B.F.S Kinner
-Konsep dasar behavior therapy adalah belajar atau perubahan tingkahlaku, tetapi bukan tingkahlaku yang disebabkan oleh kematangan.
-Manusia itu mempunyai motif. Motif itu mendorong manusia untuk berperilaku mancapai tujuan. Kalau respon/tanggapan ini diberi ganjaran, maka manusia cenderung untuk mengulang-ulanginya. Dengan pengulangan ini akan terbentuk tingkah laku.
-Perilaku dipandang sebagai respon (tanggapan) terhadap suatu stimulus (rangsangan), baik rangsangan eksternal maupun internal.
-Manusia biasanya cenderung mengambil stimulus yang menyenangkan dan menghindar dair stimulus yang tidak menyenangkan sehingga dapat menimbulkan tingkah laku yang salah suai atau tidak sesuai (maladaptive, unadaptive).
-Banyak tingkah laku yang menyimpang yang dialami individu karena individu itu hanya mengambil sesuatu yang disenanginya saja, dan menghindari sesuatu yang tidak disenanginya.
-Konsep utama behavior therapy atau terapi perilaku adalah reinforcement (penguatan). Oleh karena itu bila seorang klien yang mengalami kecemasan datang kepada seorang konselor, maka salah satu car untuk menghindarkan kecemasan itu dengan memanipulasi stimulus sehingga menimbulkan respon yang mendatangkan ganjaran. Dengan cara ini konselor dapat membantu klien dalam mengurangi kecemasannya.
-Menurut ahli seluruh tingkahlaku manusia didapat denga cara belajar, dan tingkah itu dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar. Menurut Brammer prinsip belajar yang telah diaplikasikan (diterapkan) dalam terapi adalah operan conditioning dan desentization. Dalam teknik ini yang penting digunakan reinforcement atau penguatan untuk mengganti tingakahlaku yang maladaptive (salah suai).
-Konseling/terapi behavioral ini membantu klien membuang respon-respon (tanggapan-tanggapan) yang lama yang merusak diri klien, dan mempelajari respon-respon yang baru yang sehat.
-Di dalam konseling behavioral klien diajari untuk memperoleh perilaku yang baru, mengeleminasi (menghilangkan) perilaku yang maladaptif (salah suai), memperkuat dan mempertahankan perilaku yang diinginkan.
-Konseling behavioral tidak banyak menggunakan bahasa verbal, tetapi langsung menggarap simptom (gejala-gejala) yang tampak pada klien. Apabila klien mengeluhkan mengalami kecemasan, konselor tidak perlu mencoba menelusuri sejarah hidup klien, tetapi akan menyusun langkah-langkah reconditioning untuk meringankan kecemasan tersebut. Pendekatan ini bertujuan untuk menghilangkan tingkahlaku yang maladaptive dan membentuk tingkahlaku yang baru (tingkahlaku yang dapat menyesuaikan diri dengan baik/well adaptive).
-Menurut konseling behavior atau terapi behavior gangguan tingkahlaku itu (tingkahlaku yang maladaptive) diperoleh melalui hasil belajar yang keliru, karena itu harus diubah melalui proses belajar, sehingga tingkahlakunya lebih sesuai.
-Tujuan konseling behavior adalah :
1.Membantu klien mendapatkan tingkahlaku yang baru
2.Menghilangkan tingkahlaku maladaptive
3.Membantu klien membuang respon-respon lama yang merusak diri, dan mempelajari respon-respon baru yang lebih sehat.
4.Memperoleh perilaku yang baru, mengeleminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat dan mempertahankan perilaku yang diinginkan.

-Hubungan pertolongan (konseling) dalam terapi behavior atau hubungan konselor dengan klien dalam terapi behavior sebagai berikut :
1.Hubungan konselor dengan klien sangat tergantung pada masalah yang dihadapi atau dialami klien. Misalnya masalah yang banyak membutuhkan latihan seperti suka mengompol di malam hari. Untuk mengatasi masalah ini konselor hanya menyuruh atau memberi instruksi kepada klien seperti sebaiknya mengompol dulu sebelum tidur.
2.Tidak selalu membutuhkan hubungan yang bersifat pribadi (akrab) dan efektip.
3.Tidak ada pola tertentu dalam langkah konseling, karena langkah-langkah konseling yang digunakan dapat bervariasi. Namun proses konseling behavioral ini membutuhkan suatu framework (bingkai kerja) untuk mengar klien dalam mengubah tingkahlakunya.
•Framework yang dipakai sebagai pedoman dalam konseling behavioral adalah :
3.1. Assesment (menilai, memperkirakan)
Konselor memperkirakan apa yang diperbuat klien pada waktu itu (memperkirakan apa yang membebani klien).
Konselor menolong/membantu klien untuk mengemukakan keadaannya yang benar yang dialaminya pada waktu itu.
Dengan dilakukannya assesment ini konselor dapat memperoleh informasi model mana “ yang akan dipilih sesuai dengan tingkahlaku klien yang ingin diubah. Jadi assesment ini diperlukan untuk menentukan “model mana” yang akan dipilih untuk mengubah tingkahlaku klien.
3.2. Goal setting (tujuan yang ingin dicapai)
onselor dan klien harus merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling.
Tujuannya adalah :
a.Memberi motivasi kepada klien dalam mengubah tingkahlakunya.
b.Menjadikan tujuan itu sebagai pedoman dalam memilih teknik mana yang akan dipakai.
Kriteria dalam merumuskan tujuan yang akan dicapai adalah :
a.Tujuan itu harus diinginkan oleh klien
b.Konselor harus mendorong klien untuk mencapai tujuan tersebut
c.Tujuan itu harus memungkinkan untuk dicapai
3.3.Technique implementation (menentukan teknik atau strategi yang akan diterapkan/digunakan)
Menentukan teknik atau strategi yang akan diterapkan/digunakan/dipakai dalam mencapai tingkahlaku yang ingin diubah.
Dapat digunakan berbagai teknik (tidak hanya satu teknik, dan teknik tersebut dapat diganti-ganti).
3.4. Evaluation – termination
Evaluation / penilaian adalah melihat atau menilai apa yang telah diperbuat oleh klien dengan telah diberikannya bantuan konseling behavioral tersebut.
Dari hasil evaluasi ini dapat diketahui apakah konseling yang sudah diberikan itu efektip, dan apakah teknik/strategi konseling behavior yang digunakan itu cocok atau tidak cocok. Teknik yang digunakan tidak hanya satu teknik saja, tapi dapat lebih dari satu teknik (teknik yang bervariasi), dan tekniknya dapat diganti-ganti.
Termination adalah berhenti untuk melihat apakah klien bertindak tepat.
3.5. Feedback (umpan balik)
Feedback merupakan pemberian umpan balik atau masukan terhadap proses konseling yang telah diberikan
Feedback diperlukan untuk memperbaiki proses konseling.

-Teknik yang dapat digunakan di dalam konseling behavioral adalah:
1.Desentization atau systematic desensitization
Desensitisasi adalah metode untuk mengurangi emosi yang mengurangi emosi yang menakutkan, mencemaskan, tidak menyenangkan atau ketegangan melalui aktivitas-aktivitas (kegiatan-kegiatan) yang bertentangan dengan respon yang menakutkan, mencemaskan, dan menegangkan itu. Emosi yang mencemaskan, menakutkan, tidak menyenangkan atau ketegangan itu seperti takut berbicara di depan kelas, takut menghadapi guru atau orang lain, takut memimpin diskusi, takut menghadapi suatu pertandingan, takut menghadapi ujian atau tes, dan lain-lain.
Menurut konseling behavioral kecemasan, ketakutan, perasaan tidak menyenangkan, dan ketegangan itu diperoleh seseorang melalui belajar dalam kondisi tertentu. Oleh karena itu untuk mengurangi atau menurunkan kecemasan, ketakutan, perasaan tidak menyenangkan, dan ketegangan itu melalui usaha yang dikondisikan pula sehingga kecemasan dan lain sebagainya itu berakhir. Usaha menghilangkan (mengurangi) kecemasan, ketegangan, dan lain sebagainya itu dilakukan dengan usaha-usaha yang sistematik (berurutan) dengan mengajari klien untuk santai atau rileks. Jadi, perasaan cemas, takut, tegang, atau tidak menyenangkan itu harus diganti dengan perasaan rileks atau santai.
Contoh latihan metode desensitisasi sebagai berikut :
Klien A mempunyai masalah takut menghadapi pimpinannya. A meminta bantuan pada konselor atau terapis B.
1.Konselor B mengajak klien A berkonsentrasi untuk menenangkan pikirannya dengan cara meminta A untuk mengemukakan rasa takut ketikan akan menghadapi pimpinannya. Klien A mengatakan rasa takutnya itu sebagai berikut:
a.Takut bila melihat pimpinannya
bTakt bila dimarahi oleh pimpinannya
c.Takut disaat memasuki ruang pimpinannya
d.Takut bila pimpinan menyalahkan tugas yang dilaporkannya
e.Takut bila akan melapor kepada pimpinannya
f.Takut bila pimpinan bermuka masam saat menghadapinya
g.Takut karena pimpinannya dikenal suka marah

2.Konselor B meminta klien A mengurutkan secara sistematis (berurutan) rasa takutnya itu mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Hasilnya sebagai berikut:
a.Takut bila melihat pimpinannya
b.Takut bila akan melapor pada pimpinannya
c.Takut disaat memasuki ruang pimpinannya
d.Takut bila pimpinan menyalahkan tugas yang dilaporkannya
e.Takut bila pimpinan bermuka masam saat menghadapinya
f.Takut bila dimarahi pimpinannya
g.Takut karena pimpinan dikenal suka marah


3.Konselor B mulai melakukan teknik desensitisasi sebagai berikut :
a.Konselor meminta B duduk di kursi dengan santai
b.Jika B dalam keadaan cemas, tegang, takut maka rendam kedua telapak kakinya denga air hangat kuku agar darah bergerak lancar ke bagian kaki
c.Jika klien masih cemas, tegang atau takut maka lakukan relaksasi agar otot kaki, tangan, perut, dada, leher dan muka (wajah) mengendor dengan cara sebagai berikut :
1.Klien A diminta untuk menegangkan masing-masing otot kaki, tangan, perut, dada, leher, dan muka selama 20 menit, dengan menahan nafas, dan mata dipejamkan.
2.Setelah itu perlahan-lahan otot tersebut dikendorkan. Hasilnya badan serasa lebih ringan, tenang, dan santai.
3.Klien A diperintahkan memejamkan mata
4.Konselor B dengan nada suara yang rendah, empuk, dan simpatik kepada A untuk membayangkan urutan kecemasan, ketegangan dan ketegangan yang dialami A dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Coba anda bayangkan saat anda :
a.Takut bila melihat pimpinannya
b.Takut bila akan melapor kepada pimpinan
c.Takut disaat memasuki ruang pimpinan
d....... dstnya sampai nomor g
5.Konselor B menanyakan kepada klien A sebagai berikut: “bagaimana perasaan anda (emosionalnya) yaitu perasaan cemas, takut, tegang saat klien A membayangkan hal itu mulai dari yang ringan sampai yang berat.
Jika klien A sanggup membayangkan keadaan itu tanpa diikuti dengan perasaan takut, cemas, atau tegang, maka berarti klien A sudah sanggup menghadapi situasi tersebut.
Tetapi jika klien A masih merasa cemas, takut atau tegang yang ditunjukkan dengan matanya terbuka dan mungkin juga berkeringat, maka ini tandanya klien A belum sanggup menghadapi situasi tersebut. Untuk mempada klien A perlu diberi treatment (terapi) kompensasi dengan bayangan positif dan indah. Caranya sebagai berikut :
1.Klien A diminta untuk menutup matanya kembali
2.Konselor B meminta klien A sebagai berikut : “coba anda bayangkan bahwa anda sedang berada di tepi pantai yang indah, deburan ombak yang tenang, desiran angin perlahan-lahan dari puncak gunung yang ada disekitar pinggiran laut tersebut sehingga udaranya terasa dingin. Selanjutnya “coba anda bayangkan kembali kecemasan, ketakutan, dan ketegangan yang anda alami mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat (dari “a” sampai “g”).
Jika klien A dapat membyangkan butir nomor “a” tanpa perasaan cemas, takut atau tegang, maka lanjutkan ke butir nomor “b” begitulah seterusnya.
Selain dengan teknik desentisisasi tersebut diatas, maka upaya mengatasi perasaan cemas, takut, dan tegang dapat pula dilakukan dengan car sebagi berikut :
1.Penyerahan diri kepada Tuhan YME
Dalam agama Islam dapat dilakukan dengan mengambil air wudhu, kemudian sholat istikharah/minta petunjuk yang baik-baik 2 rekaat, dan berdoa untuk diberi petunjuk yang baik oleh Allah SWT.
2.Memeperbaiki kondisi tubuh, seperti :
a.Olahraga secara rutin
b.Memperbaiki gizi makanan
c.Memikirkan jalan keluar dari masalah yang dihadapi
Untuk ini dapat dilakukan terapi kognitif, sebagai berikut :
1.Sadari bahwa anda sedang mengalami masalah (lakukan awareness = kesadaran), dengan cara sebagai berikut :
•Sadari kecemasan apa yang sedang anda alami
•Perhatikan perasaan yang sedang anda alami (suasana perasaan hati dan pikiran-pikiran anda)
2.Lakukan answering (jawab)
•Perubahan suasana hati dan pikiran anda itu menjadikan pikiran-pikiran anda negatif
•Carilah jawaban alternatif-alternatif yang realistik untuk mengatasi pikiran yang negatif itu dengan cara sebagai berikut :
-ambil kertas dan pena
-tulis di kertas tersebut yaitu pikiran-pikiran negatif anda dan alternatif-alternatif realistik untuk mengatasinya.
Contohnya:
1.Dia tadi tidak menyapa saya 1. Mungkin karena dia sedang melamun
2.Dia tampaknya sedang tidak suka dengan saya ‘2. Karena dia sedang
konsentrasi

3.Lakukan action (tindakan)
Lakukan tindakan untuk mengatasi masalah anda. Misalnya bila anda kurang menarik, maka perbaiki penampilan anda. Jika anda kurang terampil dalam bekerja, maka bacalah bukunya dan ikut pelatihan.

3.Bersikap sosial dan memperbanyak relasi sosial

‘2. Imitation atau modeling
-Modeling adalah :
a.Suatu strategi dalam konseling yang menggunakan proses belajar melalui pengamatan terhadap model dan perubahan tingkahlaku yang terjadi karena peniruan (menurut bandura dalam Nursalim, 2005)
b.Suatu perubahan (pengubahan) perilaku melalui pengamatan perilaku model (menurut Nelson dalam Nursalim, 2005)
c.Suatu proses belajar observasi (pengamatan, mengamati) dimana perilaku inidvidu atau kelompok, para model, bertindak sebagai suatu perangsang gagasan (ide-ide), sikap, atau perilaku pada orang lain yang mengobservasi penampilan mode.
d.Suatu proses belajar dimana seolah-olah klien itu mengalami sendiri atau melihat sendiri atau melihat orang lain mengalami dan ia mengikuti apa yang dilakukan orang lain itu dalam menanggulangi masalah. Klien akan menirunya (Sayekti Pujosuwarno, 1993).

-Peniruan (imitation) atau modeling dapat disimpulkan sebagai berikut :
•Suatu proses belajar melalui pengamatan perilaku orang yang dijadikan sebagai model, sehingga perilaku klien berubah.
•Suatu proses belajar melalui observasi (pengamatan) terhadap perilaku orang yang dijadikan model, dimana orang yang dijadikan model itu diharapkan dapat menjadi pemberi gagasan, perangsang sikap atau perilaku bagi klien dalam mengubah perilakunya yang cemas, tegang, dan takut.

psikologi manajemen

Perencanaan planing
Perencanaan planing adalah kegiatan menetapkan tujuan organisasi dan memilih cara yang tertulis untuk mencapai hal tersebut.


Unsur perencanaan pengorganisasian (organizing) mengorganisasikan sumber daya dan tugas
Fungsi manajemen

Organisasi susunan komponen-komponen atau unit-unit dalam organisasi

Elemen - adanya sosialisasi kegiatan kerja
- Adanya standardisasi kegiatan kerja
- Adanya koordinasi kegiatan kerja
- Adanya besaran seluruh organisasi

Organisasi formal dan informal

Memimpin untuk menyelesaikan masalah orang lain

Tujuan
1.Memberikan pengarahan
2.Mengurangi ketidakpastian
3.Meminimalisir pemborosan
4.Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan


Sistem Kriteria keberhasilan pekerjaan





Kekuatan internal dan eksternal sebagai penyebab perubahan organisasi
a.Eksternal (muncul dari luar) :
Usia
Pendidikan
Keterampilan
Jenis kelamin
Imigrasi
Ekonomi organisasi

b.Internal (muncul dari dalam) :
Maslah – masalah internal
Perilaku
Keputusan manajerial
Cara penyusunan perubahan organisasi
•Merencanakan perubahan dengan baik
a.Melakukan analisis kebutuhan perubahan organisasi
b.Merumuskan tujuan
c.Mengenali faktor – faktor penghambat
d.Menyusun strategi
e.Mempersiapkan parameter
•Menunjuk praktisi yang mempunyai kemampuan dalam pengelolaan perubahan
• Membekali manajemen puncak dengan pengetahuan dan keterampilan
• Membangun koalisi yang solid diantara pihak-pihak yang terkait dengan perubahan
• Mengatasi kesulitan terhadap perubahan
Pepatah :
Cepat tidak mendahului, pintar jangan menggurui, dan tajam jangan melukai

Gaya pengambilan keputusan
1. Analisis :
memiliki toleransi jenis lebih besar terhadap embiquitas, cermat, maupun penyesuaian diri dengan situasi baru
2. Direktif
Memiliki toleransi sesudah atas ambiquitas, mencari rasionalitas, efisien, logis, mengambil keputusan cepat dan berorientasi jangka pendek
3. Konseptual
Berpandangan sangat luas, mempertimbangkan banyak alternatif, orientasi jangka panjang dan sangat baik untuk menemukan solusi yang kreatif
4. Perilaku
Bisa bekerja baik dengan yang lain, memperhatikan kinerja, rekan kerja dan usulan mereka, menggandakan pertemuan untuk berkomunikasi

Hambatan organisasi
1.Evaluasi kerja (bertindak sesuai ketentuan)
2.Sistem imbalan (pilihan upah)
3.Pembatasan waktu (batas waktu untuk pengambilan keputusan)
4.Reseden historis (keputusan masa lalu selalu membayangi keputusan surat ini)

Teori tingkah laku :
1.Etika
Yaitu dari kata ethos yang berarti adat, kebiasaan tetapi ada yang memakai istilah lain, yaitu moral, terori tingkah laku manusia baik dan buruk.

2.Estetika
Yaitu indah atau tidaknya sesuatu, dengan tujuan menemukan ukuran yang berlaku umum tentang apa yang indah atau tidak indah.

Jumat, 21 Januari 2011

patologi

Patologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit sosial.
Patologis adalah orang yang melakukan (pelaku)
Ukuran orang melakukan patologis adalah moralistiknya tidak bagus.
Patologis sosial adalah bertentangan dengan lingkungan
Tidak cocok
Masalah sosial
Disintegrasi
Orang yang berkompetensi menilai patologis adalah polisi, kejaksaan, guru, dan ulama.
1.Mengapa orang-orang yang ditunjuk pemerintah menilai orang-orang patologis?
Jawaban : Karena merekan mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam menangani
orang-orang patologis

2.Mengapa profesi BK tidak mempunyai kompetensi untuk menilai orang yang patologis?
Jawaban : karena profesi BK tidak berwenang dalam menangani orang-orang patologis
Disorganisasi sosial ditimbulkan karena sebab dan akibat faktornya adalah sosial, politik, ekonomi, sosial budaya dan agama.
Disorganisasi sosial

Ekonomi politik religius sosial



Perpecahan


Akibatnya runtuhnya fungsi pengontrol ( pengendalian diri). Misalnya terjadi amukan jangan menjadi pahlawan di kerumunan itu.
Jelaskan mengapa faktor ekonomi dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi sosial!


Mengapa disfungsi sosial menyebabkan runtuhnya lembaga sosial?
Karena tidak adanya pengendalian diri sehingga berbuat sesuka hati dan.
Dalam suatu lingkungan struktural yang tidak menguntungkan bisa memberikan rangsangan kepada individu-individu sosiopatik (sakit secara sosial).
Misalnya:
1.Daerah miskin diidentikkan dengan jahat atau buruk
Jawaban : daya dan upaya dilakukan untuk menutupi kebutuhan yang sangat mendasar
(primer) tidak bisa ditunda-tunda makanya dengan cara apapun harus memenuhi
kebutuhan tersebut.

2.Pinggiran kota-kota diidentikkan dengan juvenile delequency
Jawaban : karena tuntutan teknologi maka anak remaja menghalalkan segala cara untuk
memenuhi kebutuhannya agar terpenuhi.
Dampak sosiopatik di masyarakat?
Dikucilkan dan dihujat.
Dalil-dalil penyimpangan sosiopatik
1.Tingkah laku sosiopatik mempunyai ciri khusus dan dianggap pada tempat dan waktu tertentu
2.Penyimpangan tingkah laku itu merupakan produk konflik-konflik sosial atau pribadi yang ditampilkan luar dari bentuk disorganisasi pribadi atau sosial
3.Tingkah laku sosipatik penyimpangan banyak ditolak masyarakat
4.Muncul reaksi – reaksi masyarakat dalam bentuk penerimaan dan penolakan
5.Mengadakan larangan dan pembatasan terhadap kebebasan berpartisipasinya para penyimpang.

Deviasi dan Diferensiasi
Deviasi adalah tingkah laku yang menyimpang dari tendensi atau ciri rata –rata kebanyakan.
Diferensiasi adalah tingkah laku yang berbeda dari tingkah laku umum. Misalnya kejahatan.
Biologis
Deviasi
Demografis


Premanisasi
Premanisasi adalah perkumpulan genk – genk anak muda yang ada di setiap daerah yang tidak memiliki pekerjaan tetap, menyelesaikan masalah dengan kekerasan, identik dengan anak jalanan, menguasai daerah – daerah tertentu dan pemaksaan kehendak atau keinginan.
Ciri – ciri preman :
-Memiliki karismatik di lingkungan sosialnya
-Bertindak sebagai bodyquard di daerah tertentu
-Menyelesaikan masalah dengan adu otot
-Senang memaksakan kehendak pada pihak lain
-Dekat dengan dunia kejahatan.

Mengapa profesi preman dikatakan penyakit masyarakat?


Terorisme
Terorisme merupakan tindakan yang dilakukan untuk intimidasi kepanikan dan kerusakan atau meresahkan, tindakan itu dilakukan secara individu atau kelompok.
Pelaku teror disebut teroris
individu = diancam
Terorisme = perbuatan
Kelompok = menentang pemerintah/negara
Intimidasi kepanikan kerusakan
Kekerasan yang dilakukan terorisme tidak seimbang dan secara acak, simbolis menyerang sasaran untuk menyampaikan pesan pada masyarakat sosial atau dunia, perilakunya dengan kekerasan dan senjata.
Lokal kiri (menyerang dengan meninggalkan jejak /bertanggung jawab)
Sasaran teroris
Dunia kanan (tidak menonjolkan jati diri / tidak bertanggung jawab.

Tujuan teroris sayap kanan adalah untuk membelokkan opini masyarakat dalam mendukung pemilikan hukum dan keteraturan serta tindakan represif sambil berusaha menghancurkan lawan-lawan politik dan intimidasi pendukungnya.
Tujuan teroris sayap kiri:
-Untuk menyadarkan opini masyarakat atas ketidakadilan sistem antek-anteknya
-Perluasan pendukung politik bagi pertahanan organisasinya
-Menghimpun dukungan untuk menggulingkan rezim
-Menghasilkan revolusioner
Terorisme politik muncul di negara-negara demokrasi karena ada atmosfer kebebasan yang lebih kondusif.
Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi sosial adalah menata perbuatan – perbuatan atau perilaku – perilaku yang tidak baik menjadi baik.
Misalnya : dapat menjadi baik dari kejahatan.
Sasaran rehabilitasi adalah masyarakat kurang mampu dengan program – program
Tujuan rehabilitasi adalah untuk memulihkan pelayanan kegiatan bagi masyarakat yang mengalami masalah.
Ciri-ciri masyarakat yang mengalami gangguan sosial:
1.Memiliki hambatan mental fisik maupun non fisik
2.Hambatan keterampilan kerja secara produktif
3.Hambatan mental psikologis yang menyebabkan rasa rendah atau disisihkan dari lingkungannya
4.Hambatan dan fungsi sosial (tidak bisa bergaul).

Tahap – tahap rehabilitasi yang dilakukan :
1.Tahap Merencanakan
-Memulihkan kembali rasa harga diri
-Kecintaan kerja untuk bekal masa depan
-Kemampuan memulihkan kembali fungsi sosial secara wajar

2.Tahap Resosialisasi
Diarahkan untuk mempersiapkan masyarakat yang mengalami gangguan mental, sosial masyarakat luas supaya dapat dikembalikan lagi.
Melalui bimbingan yang berupa:
-Bantuan produktif (pendanaan)
-Block grant
-KWK (kewirausahaan warga kota)
-KWD (kewirausahaan warga desa)

Kamis, 20 Januari 2011

BK Belajar

Proses pembelajaran : proses bagaimana membuat orang bisa belajar

Penyebab kesulitan belajar:
•Diri peserta didik diantaranya psikofisik yaitu fisik (kesehatan) dan psikis (intelegensi, emosi)
•Dari luar diantaranya formal (sekolah), informal (keluarga) dan non formal (pendidik, masyarakat)

Psikologi belajar
Siswa
Orangtua
Sekolah :
• Guru : kualifikasi (ilmu pedagogik,kemampuan/keahlian), hubungan guru dengan siswa,
tuntutan guru, metode dan kemampuan mendiagnosis
• Alat/sarana
• Kurikulum
• Waktu (disiplin)
• Media
• Lingkungan sosial : rumah, masyarakat, dan teman

Upaya untuk membantu mengatasi kesulitan belajar:
- Pengumpulan data (identifikasi masalah)
- Pengolahan data (identifikasi masalah)
- Diagnosa (perkiraan)
- Prognosa (tindakan yang diberikan)
- Treatment (perlakuan)
- Evaluasi (tindak lanjut) : remedial, referal, dll

Peranan guru dalam belajar
- Memberi arah dan motivasi
- Memfasilitasi pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar
- Membantu perkembangan pribadi (nilai-nilai penyesuaian diri)

Motivasi adalah perubahan energi dari pribadi seseorang yang dilandasi timbulnya afektip dan reaksi untuk mencapai tujuan ( Umar M. Malik)

Jenis motivasi:
- Intrinsik
- Ekstrinsik

Bentuk motivasi :
- Memberi angka
-Hadiah
-Kompetisi
-Ego involesment (menumbuhkan harga diri)
-Memberi ulangan
-Memberi hasil
-Pujian
-Hukuman (perlu dihindari)
-Hasrat untuk belajar
-Minat
-Tujuan yang akan dicapai

Ingatan (memori) > Lupa

Menerima(resource) > menyimpan > kembali mereproduksi : ingat, dan Lupa

Lupa adalah ketidakmampuan dalam mengingat atau mengenal sesuatu.

Dipengaruhi oleh:
-Sifat seseorang
-Alam sekitar
-Kesehatan jasmani
-Ke dalam rohani atau jiwa
-Umur manusia

Ingatan ada 2, yaitu ;
1.Mekanis , yaitu ingatan yang diperoleh dari penginderaan
2.Logis, yaitu ingatan yang diperoleh dari pengertian-pengertian kita

Peyebab lupa :
Menurut Ngalim Purwanto
-Tidak digunakan
-Gejala jiwa
-Tekanan psikologis

Menurut Muhibin Syah
-Informasi kurang menyenangkan
-Infomasi baru menekan informasi lama
-Informasi sulit diingat karena ditekan di alam bawah sadar

Masa remaja dan perkembangannya dalam proses belajar
- Bukan ana-anak : canggung dan tanggung, dewasa belum
- Perkembangan : fisik (berfungsinya organ sexual), dan psikis (intelektual dan emosional)
- Masa penjelajahan (explorer) rasa ingin tahu mencari jati diri, identitas diri tanpa mengekspresikan positif bertindak negatif pada laki-laki umur 13-22 tahun dan perempuan umur 12 – 21 tahun.

Implikasi teori belajar dari psikologi behavioristik
Pola perkembanga tingkah laku
1.Shaping yaitu rencana-rencana pengubahan tingkah laku
2.Modelling :
-Penetapan tujuan
-Analisis tugas
-Langkah-langkah kegiatan murid
-Reinforcement terhadap respon (penguatan)

5 Langkah perbaikan tingkah laku :
1.Datang ke kelas tepat waktu
2.Berpartisipasi dalam belajar dan merespon guru
3.Menempatkan hasil-hasil tes dengan baik
4.Mengerjakan pekerjaan rumah
5.Penyempurnaan

Teori-teori belajar
1.Menurut ilmu jiwa daya
2.Menurut teori tanggapan

Belajar adalah tanggapan

3.Ilmu jiwa gestalt (keseluruhan)
Belajar dari keseluruhan, mendapat respon yang tepat tetapi mengerti (insight) usaha. Misalnya pengertian itu tergantung dari masa lalu ke masa depan (pengalaman).
Belajar itu dicari (berusaha)

Prinsip-prinsip Gestalt
-Belajar keseluruhan (tidak setengah-tengah)
-Belajar proses perkembangan
-Anak didik sebagai organisme keseluruhan (tidak pilih kasih)
-Belajar adalah transfer (menguasai bidang lain)
-Belajar adalah reorganisasi pengalaman
-Belajar harus di insight (mengerti)
-Belajar itu harus ada minat, keinginan dan tujuan
-Belajar harus terus menerus

4.Menurut teori R Gagne
Belajar adalah proses untuk memperoleh prestasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari intsruksi.

Menurut Gagne, segala sesuatu dipelajari manusia terdiri dari lima bagian, yakni :
-Keterampilan motoris (skill)
-Informasi verbal
-Kemampuan intelektual
-Strategi kognitif (pengetahuan) keterampilan internal untuk mengingat
-sikap

5.Menurut ilmu jiwa asosiasi
Menurut Thorndike (konektionisme) hubungan
a.Stimulus (rangsangan)
b.Respon (tanggapan)
c.Bond (dihubungkan)

Terori konektionisme, hukumnya ada 3, yaitu:
-Hukum efek (pengaruh dari tindakan hubungan baik-buruk
-Hukum latihan (pengulangan)
-Hukum kesiapan (memuaskan)

Perkembangan intelek
1.Pembawaan
2.Kematangan
Keduanya diatas dipengaruhi oleh hereditas (keturunan)

3.Pembentukan
4.Minat
Keduanya diatas dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, teman sebaya dan masyarakat.


Implementasi teori belajar dari psikologi behavioristik
Prosedur-prosedur pengembangan tingkah laku baru (reinforcement) metodenya ada dua, yaitu :
1.Shaping (pembentukan) dengan sercessive approximations (target). Beberapa tingkah
laku terminal /tujuan. Misalnya penetapan tujuan.

2.Modelling
Misalnya penghargaan
Bandura (tingkah laku imitasi)

1.Inhibitory – dis inhibitory effect
Kuat lemahnya tingkah laku oleh karena pengalaman tak menyenangkan

2.Electing effect
Respon yang pernah terjadi dalam diri sehingga timbul respon serupa

3.Modelling effect (membuat senang)
Pengembangan respon-respon baru melalui observasi terhadap sesuatu metode tingkah laku.

Proses pengembangan tingkah laku
1.Memperkuat tingkah laku bersaing
2.Ekstrinsik (meniadakan peristiwa masa lalu)
3.Sanitasi ( pengulangan-pengulangan agar tidak terulang atau jera)
4.Perumahan lingkungan stimulus (menyenangkan atau enjoy)
5.Hukuman.

Senin, 17 Januari 2011

psikologi manajemen

Perencanaan planing
Perencanaan planing adalah kegiatan menetapkan tujuan organisasi dan memilih cara yang tertulis untuk mencapai hal tersebut.


Unsur perencanaan pengorganisasian (organizing) mengorganisasikan sumber daya dan tugas
Fungsi manajemen

Organisasi susunan komponen-komponen atau unit-unit dalam organisasi

Elemen - adanya sosialisasi kegiatan kerja
-Adanya standardisasi kegiatan kerja
-Adanya koordinasi kegiatan kerja
-Adanya besaran seluruh organisasi

Organisasi formal dan informal

Memimpin untuk menyelesaikan masalah orang lain

Tujuan
1.Memberikan pengarahan
2.Mengurangi ketidakpastian
3.Meminimalisir pemborosan
4.Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan


Sistem Kriteria keberhasilan pekerjaan





Kekuatan internal dan eksternal sebagai penyebab perubahan organisasi
a.Eksternal (muncul dari luar) :
Usia
Pendidikan
Keterampilan
Jenis kelamin
Imigrasi
Ekonomi organisasi

b.Internal (muncul dari dalam) :
Maslah – masalah internal
Perilaku
Keputusan manajerial
Cara penyusunan perubahan organisasi
•Merencanakan perubahan dengan baik
a.Melakukan analisis kebutuhan perubahan organisasi
b.Merumuskan tujuan
c.Mengenali faktor – faktor penghambat
d.Menyusun strategi
e.Mempersiapkan parameter
•Menunjuk praktisi yang mempunyai kemampuan dalam pengelolaan perubahan
•Membekali manajemen puncak dengan pengetahuan dan keterampilan
•Membangun koalisi yang solid diantara pihak-pihak yang terkait dengan perubahan
•Mengatasi kesulitan terhadap perubahan
Pepatah :
Cepat tidak mendahului, pintar jangan menggurui, dan tajam jangan melukai

Gaya pengambilan keputusan
1.Analisis :
memiliki toleransi jenis lebih besar terhadap embiquitas, cermat, maupun
penyesuaian diri dengan situasi baru
2.Direktif
Memiliki toleransi sesudah atas ambiquitas, mencari rasionalitas, efisien, logis,
mengambil keputusan cepat dan berorientasi jangka pendek
3.Konseptual
Berpandangan sangat luas, mempertimbangkan banyak alternatif, orientasi jangka
panjang dan sangat baik untuk menemukan solusi yang kreatif
4.Perilaku
Bisa bekerja baik dengan yang lain, memperhatikan kinerja, rekan kerja dan usulan
mereka, menggandakan pertemuan untuk berkomunikasi

Hambatan organisasi
1.Evaluasi kerja (bertindak sesuai ketentuan)
2.Sistem imbalan (pilihan upah)
3.Pembatasan waktu (batas waktu untuk pengambilan keputusan)
4.Reseden historis (keputusan masa lalu selalu membayangi keputusan surat ini)

Teori tingkah laku :
1.Etika
Yaitu dari kata ethos yang berarti adat, kebiasaan tetapi ada yang memakai istilah lain, yaitu moral, terori tingkah laku manusia baik dan buruk.

2.Estetika
Yaitu indah atau tidaknya sesuatu, dengan tujuan menemukan ukuran yang berlaku umum tentang apa yang indah atau tidak indah.

bk lintas budaya

Bimbingan dan konseling Lintas Budaya / Pancawaskita

Lintas Budaya adalah antar budaya
Pancawaskita adalah akar permasalahan
Dalam mengatasi masalah kita menggunakan metode “ WIN WIN SOLUTIONS” atau sama-sama mengimbangi.

Prinsip dasar konsep bimbingan dan konseling :
a.Berkenaan dengan sasaran layanan
b.Berkenaan dengan permasalahan individu
c.Berkenaan dengan layanan (program layanan)
d.Berkenaan dengan tujuan
e.Berkenaan dengan konsep sukarela (tanpa unsur pemaksaan)

Bimbingan dan Konseling Lintas Budaya
a.Pengertian budaya
Budaya adalah keseluruhan sistem gagasan hasil karya, tindakan yang muncul dalam proses belajar.

b.Bentuk
-Ide / gagasan
-sistem sosial (perilaku)
-Karya

c.Unsur- unsur
-Bahan
-Sistem pengolahan (IPTEK)
-Organisasi sosial
-Peralatan
-Sistem mutu pencaharian
-Religi
-Kesenian

Dinamika masyarakat dan kebudayaan
a.Sebab pergeseran budaya
1.Proses belajar
-Internalisasi
-Sosialisasi
-Enkulturasi

2.Akulturasi
-Difusi (penyebaran manusia)
-Asimilasi (perpaduan dua budaya)
-Modernisasi (perkembangan teknologi)


b.Akibat pergeseran
1.Pergantian perilaku
2.Stres
3.Pembaharuan ideologi atau kepribadian

Konsep konseling
1.Hubungan
2.Dua orang individu atau lebih
3.Proses
4.Pemecahan masalah atau bantuan dalam keputusan

Konsep budaya
1.Hasil karyawan
2.Budaya membantu ciri atau perilaku individu atau kelompok
3.Budaya selalu dinamis

Pengertian konseling lintas budaya
Menurut Atkinson, konseling lintas budaya adalah hubungan antara dua atau lebih individu yang berbeda latar belakang budaya (norma, perilaku, gaya hidup) dalam rangka memecahkan masalah.

Elemen konseling lintas budaya
1.Konseling dan Konseli dalam budaya yang berbeda dan melaksanakan di tempat konseli
2.Konseling dan Konseli dalam budaya yang berbeda dalam pelaksanaan konseling di
tempat konselor
3.Konselor dengan konseli berbeda budaya dilaksanakan di tempat berbeda.

Asfek yang diperhatikan dalam kegiatan KLB
1.Budaya konselor
2.Latar belakang budaya konseli
3.Masalah atau hambatan selama proses konseling
4.Nilai-nilai yang mempengaruhi

Karakteristik konselor dalam tuntutan KLB
1.Seorang konselor memahami pribadinya dan memahami asumsi-asumsi perilaku manusia
2.Menguasai pendekatan-pendekatan dalam konseling
3.Mengetahui dan paham tentang pengaruh kesukuan dalam proses konseling
4.Konselor tidak boleh mendorong atau memaksa konselor untuk memahami budaya konselor
5.Konselor harus menggunakan pendekatan elektris atau penggabungan dari berbagai
pendekatan.

Beberapa teori yang dapat digunakan dalam KLB
I.Teori komunikasi budaya
1.Teknik asimilator (teknik penggabungan budaya dengan menggunakan sosiodrama)
2.Teknik pengalaman pribadi
3.Teknik simulasi (permainan)

II.Teori sosial identity
1.Kompetisi sosial
ex: mengadakan perlombaan

2.Mobilisasi individual atau masyarakat
ex: pengembangan budaya batik

3.Kreativitas sosial
ex: pengembangan makanan pokok baru

syndrom terkait dengan budaya
syndrom adalah penyakit kejiwaan yang menyerang seseorang
1.Amok adalah perilaku kejam yang dialami seseorang menyebabkan seseorang memiliki
pemikiran untuk balas dendam. Ex: psikopat
2.Latah adalah perilaku imitasi yang bergerak di luar kendali.
3.Witiko adalah perasaan tidak nyaman terhadap makanan tertentu, sehingga mencari
alternatif makanan lain.
4.Susto adalah kecemasan, depresi, dan apatis yang terjadi dikalangkan anak-anak
karena pengalaman supranatural.


Bimbingan dan Konseling Pancawaskita

Konseling pancawaskita adalah konseling yang mengedepankan konsep lima kearifan manusia, yaitu sebagai berikut :
1.Kecerdasan
2.Kekuatan
3.Keterarahan
4.Ketelitian
5.Kebijaksanaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kehidupan individu :
1.Pancasila (lima sila)
2.Pancadaya
a.Ketakwaan
b.Daya cipta
c.Daya karsa
d.Daya rasa
e.Daya karya.
Emosi adalah gejala jiwa yang muncul dari dalam terkait dengan kualitas rasa (senang ataupun tidak senang).

Lirahid (lima tataran kehidupan) :
1.Jasmani dan rohani
2.Material dan spiritual
3.Dunia dan akhirat
4.Individu dan sosial
5.Lokal dan global


Likuladu (lima kekuatan di luar individu) :
1.Gizi
2.Musibah
3.Budaya
4.Sikap dan perlakuan orang lain
5.Pendidikan

Teknik umum prose konseling
1.Penerimaan konseling dengan konsep 3 S (salam,senyum, sapa)
2.Jarak duduk /posisi
3.Kontak mata
4.3 M (mendengan, memahami, dan merespon)
5.Kontak psikologis
6.Ajakan untuk berbicara
7.Dorongan minimal (kata-kata)
8.Sentuhan jasmani
9.Konfrontasi
10.Penafsiran

Teknik khusus (proses pemberian bantuan)
1.Nasehat
2.Pemberian contoh
3.Perumusan tujuan
4.Bermain peran
5.Kontak

teori pendekatan
1. pendekatan behavioral yang konsepnya:
* bahwa manusia selalu dikontrol oleh faktor eksternal (tingkahlaku) berarti
lingkungan sangat menentukan
* manusia/individu dapat dipengaruhi pula oleh faktor-faktor pembiasaan tiruan,
pembiasaan operan dan pengutan
2. Ciri/ indikasi
- Muncul tingkahlaku negatif salah suai
- sering mucul masalah belajar terkait masalah proses pembelajaran
- seingkali muncul konflik antar individu yang bersangkutan dengan lingkungannya
3. teknik
- memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan
- mengurangi frekuensi tingkahlaku yang tidak diingini (anak didik/guru)
- memberi contoh melalui media seperti film
- melakukan contracting / perjanjian
- melakukan teknik-teknik khusus seperti teknik penenangan

konseling lintas budaya
konseling yang melibatkan konselor dan klien yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan proses konseling sangat rawan terjadinya bias-bias budaya pada pihak konselor yang mengakibatkan konseling tidak berjalan ektif.

indigenous adalah merupakan perkembangan dalam budaya asli yang menggunakan kreasi-kreasi kolektif dan kategori-kategori yang telah disepakati.
di negara china ada teori kesehatan akupunktur, teknik kaligrafi

indigenization suatu proses transformasi unsur-unsur modern yang diimpor dan dibuat untuk sesuai dengan sosial budaya setempat.
perkembangan industri dan dan program-pendidikan yang diimpor dari negeri barat

pengertian indigenous menurut ahli:
Sihna dalam Berry, J.W. Poortinga, YPE dan Pandey, J (1997)dalam arti biologis epistemolois.
indigenous adalah mengacu pada elemen elemen pengetahuan yang diturunkan dalam suatu negara atau kebudayaan dan sudah berkembang disana yang dipertentangkan dengan sesuatu yang diimpor atau dibawa dari mana saja.

kamus oxford mengemukakan
indigenous (mengacu kepada flora fauna)berart yang dihasilkan secara alami dalam suatu wilayah secara alami mengikuti bumi (sykes,1976)
dari keduanya dapat dipahami indigenous adalah sistem pengetahuan dan praktek yang ada dan berkembang serta bertahan dalam suatu masyarakat atau wilayah tertentu. dengan kata lain berakar di suatu tempat bukan suatu yang diambil.

indigenization menurut D. sinha 1993,p.34 sinha dalam Berry, J.W. Poortinga, YPE dan Pandey, J 1997)
indigenization mengacu pada transformasi2 yang dicangkok atau dipinjam di bawah elemen-elemen luas agar mereka memproses ciri-ciri daerah/kebudayaan.

p.62
indigenization adalah proses mengambil perkembangan dari tempat lain dan mengantarkan modifikasi2 yang membuat hal ini sesuai dengan kebudayaan baru

proses indigenization berlangsung 2 cara, yaitu :
1. bangkit dan berkembang dalam suatu kebudayaan tertentu dan menggunakan konstruk,
kreasi, kolektif, dan kategori-kategorinya disebut internal indigenization.

2. mengacu kepada suatu proses perubahan elemen-elemen yang diimpor dari dan membuat
elemen-elemen tersebetu tepat dalam lingkungan sosial budaya disebut
indigenization of exogenous.